(014) Ketika si Bolang kembali beraksi…

 IMG_8437  IMG_8436                     

“Kolombia…?!? Bukannya lagi perang, mbak….???” (Wah…, itu sih breaking news tahun 90an kaleee, sepertinya sudah mereda deh.., perangnya sudah pindah ke Meksiko…)

“Ke Kolombia yang di Amerika Selatan itu, mbak..? Wah, lumayan tuh bisa usaha sambilan jualan drugs(Ide bagus…, doakan saja supaya tidak sampai tertangkap seperti Pablo Escobar!!!)

“Colombia..? It must be nice. You must prepare some winter clothes though… Wait a minute.., that’s British Columbia in Canada… Are you joking..?!? Don’t tell me you’re going to Colombia in South America..! (Mungkin ini saatnya kamu mengasah kembali pengetahuan geografi-mu…)

“So, you’re going to Colombia. What are you going to study? I know some people who went there to become a doctor… (Bengong untuk beberapa detik, sampai akhirnya…: Itu Columbia University di New York City. Ini Colombia negara di benua Amerika Selatan. Tapi tak apalah, berarti tampang saya masih imut seperti mahasiswa…hehehe…)

“Oh…, saya pernah ke Colombia, mbak.. Waktu perjalanan umroh, pesawat kami transit di sana. Terus kami jalan-jalan dulu lihat jejak sejarah Islam di kota itu… (Untuk sesaat mata saya tak berkedip, otak saya berpikir keras, berusaha memahami maksud sang lawan bicara… Sampai akhirnya…: Itu sih Colombo, ibu kota negara Srilanka! Sudahlah.., pulang saja kamu, nak.. Minta ibumu belikan peta dunia lagi ya…)

Itulah beberapa reaksi yang saya terima dari teman dan kolega ketika ditanya mau pindah ke mana. Sementara reaksi ibu saya dan anggota keluarga lainnya: “Kolombia yang di benua Amerika itu kan…? Waaaahhh…, jauh sekali… Dulu sepertinya pernah rusuh gara-gara pemberontakan atau geng narkoba apa gitu ya..? Tapi pasti sekarang sudah lebih aman ‘kan…? (Ya, betul, mak.. Tidak perlu kuatir.. Kami akan baik-baik saja..) Saya jelaskan panjang lebar tentang Kolombia dan semua hal terkait tentang tempat baru dan pekerjaan M yang baru ini ke ibu saya, sampai menggunakan alat bantu, peta maksudnya (peta kertas dan Google Maps). Gara-gara ini ibu saya jadi melek internet, termasuk urusan komunikasi jarak jauh (Skype misalnya) dan mencari informasi (browsing). Belakangan beliau selalu bilang “..coba di-Google aja..” setiap kali kami sedang mencari tahu tentang sesuatu. Cukup canggih ‘kan untuk ukuran seorang nenek berusia 60an…hehehe…

Sementara di tempat kerja, dimulailah “audisi mencari bakat baru” untuk bekerja di tengah hutan. Awalnya kami lakukan pencarian secara internal, tidak ada yang cocok. Akhirnya kami merambah ke rekrutmen eksternal. Setelah sekian juta seleksi dan audisi (jutaan lebay sih.., banyak maksudnya), di minggu terakhir sebelum saya pergi ditemukanlah satu orang yang cukup meyakinkan untuk bekerja di area seperti ini. Sang pengganti saya ini sebelumnya semacam “orang hutan” juga karena pernah bekerja di beberapa mine site lainnya, salah satunya di Papua.

Seminggu terakhir itu diisi dengan serah terima pekerjaan, Semua terasa mepet karena kami cuma punya waktu sebentar, idealnya sebulan tapi berhubung ini dan itu jadinya seminggu saja. Cukup pusing bagi semua pihak terkait termasuk saya, sampai-sampai 2 jam sebelum terbang ke Balikpapan, saya masih di Sangatta, meeting dengan Pak Boss. Untung jarak ke bandara hanya 5 menit berkendara.

Kemudian sore hari 31 Desember 2010, saya mulai berpamitan ke semua orang di kantor. Beberapa di antaranya ada yang ikut ke bandara mengantar saya. Mengantar sampai ke bandara merupakan tradisi di perusahaan ini ketika ada orang yang resign. Malam sebelumnya, saya dan beberapa teman kantor yang perempuan (beberapa orang Admin dan engineer) mengadakan private farewell dinner, semacam “girls’ night out”. Mengapa hanya perempuan? Karena kami kelompok minoritas di industri pertambangan, sehingga ikatan batin jadi lebih kuat…hehehe…, kira-kira begitulah…

Ini dia penampakan saat girls’ night out dan di bandara Sangatta. Dari sekitar 160 orang karyawan di divisi kami, hanya kami yang di foto inilah karyawan perempuannya.

??????????????????????????????? ???????????????????????????????

Tepat jam 16:30 pesawat kecil yang saya tumpangi lepas landas dari bandara Tanjung Bara – Sangatta menuju Balikpapan. Selamat tinggal, Sangatta… Meninggalkan tempat bersejarah dalam hidup saya ini rasanya campur aduk, sedih, senang, lega, semua jadi satu.

Setibanya di Balikpapan, M sudah menunggu di bandara. Kami transit semalam di kota ini karena penerbangan ke Australia via Singapura baru besoknya. Saking sibuknya mengurus kepindahan, saya dan M baru sadar bahwa malam itu adalah malam tahun baru 2011. Ketika kami ke restoran di hotel tempat kami menginap, ruangan sudah dihias untuk pesta malam tahun baru, sementara kami datang hanya untuk makan malam biasa. Jadi sesudah makan, kami foto-foto dulu memakai atribut pesta yang belum dimulai itu…hehehe… Lumayan numpang nampang…

DSC09111 DSC09118

Besoknya tanggal 01 Januari 2011 (01-01-11…, kalau kata si tukang pulsa…nomer cantik…hehehe..) kami terbang ke Australia via Singapura. Selamat tinggal, Indonesia… We’ll be back…

Bulan Januari di Australia secara umum adalah sedang musim panas. Ketika kami tiba di Brisbane, suhu udara masih bisa ditolerir, sekitar 31’C, mirip suhu di Jakarta. Selama di Australia, kami tinggal di rumah orang tua M di Charters Towers (maklum waktu itu belum punya tempat sendiri) Karena letaknya yang berada di daerah North Queensland, suhu di kota ini lebih panas dan kering, sekitar 33’C. Selama 3 minggu di sini, kami menyiapkan segala macam dokumen yang diperlukan. Setelah itu kami terbang ke Sydney untuk mengurus visa di Kedutaan Kolombia. Keberangkatan kami ke Sydney di wilayah New South Wales hanya beberapa hari sebelum badai Yasi yang dahsyat menghantam wilayah Queensland. Kerusakan akibat badai ini cukup parah, untungnya keluarga kami semuanya selamat, hanya ada kerusakan kecil pada bangunan rumah.

Selama di Sydney kami tinggal di hotel yang berlokasi di dekat kampus UNSW (University of New South Wales). Karena ini daerah kampus, maka di sekitar hotel banyak tempat makan yang enak, murah (berdasarkan standar Australia tentunya), dan beraneka ragam. Beberapa di antaranya adalah warung makan Indonesia seperti penampakan berikut.

DSC00425 DSC00429

Saking senangnya menemukan makanan Indonesia, saya sampai 3 hari berturut-turut makan siang di warung nasi Padang yang ada di foto itu..hehehe.. Padahal suhu di Sydney saat musim panas tersebut mencapai 40’C! Terbayang ‘kan makan pakai sambal pedas sementara suhu udara sangat panas dan kering begitu, langsung sariawan! M ikut makan nasi Padang tapi tanpa sambal, dia pada dasarnya makan makanan apapun sepanjang tidak pedas…

Selain sibuk makan nasi padang dengan sambal hijaunya yang pedas (hehehe…), kami juga berwisata keliling kota (jadi turis dulu sebelum jadi expats di negeri antah berantah), jalan-jalan dan memanjat jembatan pelabuhan Sydney (Sydney Harbour Bridge). Ini dia penampakannya…

DSC09559 ???????????????????????????????

001_1 002_2

Kemudian urusan visa selesai. Visa yang diberikan adalah Work Visa hanya untuk M, sedangkan saya akan masuk Kolombia dengan Visa on Arrival, dan ijin tinggal akan diurus setelah kami berada di sana. Jadi…, visa sudah di tangan, tiket sudah di saku, koper-koper sudah dikunci kembali.., siap-siap nge-bolang lagi euy

Colombia…, here we come…😃
Yaaaayyy….😄👍✈️

Bersambung…

 

63 thoughts on “(014) Ketika si Bolang kembali beraksi…

  1. OMG Pondok Buyung 😆 Masih ada lho RM itu skrg dan penampakan luarnya masih sama. Tp blm pnh sih mkn dsana krn lokasinya agak jauh dr tptku tinggal. Next time mo membuktikan ah kelezatannya yg sampe membuatmu terkiwir2 😉 btw dulu di hotel apa? Addison?

    Like

  2. wah seru seru nih kelanjutnnya itu teman kantor nya di Sangatta cuma segtu mahluk perempuannya wahhh kalian pasti kayak ratu ya disana.. hehhee tetap menanti postingan selanjutnya. nih……….

    Like

  3. Nungguin kisah nge-bolang di Colombo selanjutnya…
    Mbak, emak-nya canggih bener… kalo emak-ku setiap make internet musti dipandu karena sebentar-sebentar nanya ini gimana-itu gimana, hihiii….

    Like

    • Hahaha😝 iya non.., hari pertama bilang tobat panas n pedas eh hari kedua datang lagi.., dasar udah kena pelet si sambel, jadinya tobat sambel deh, bilang gak lagi tapi ngelakuin lagi..😜

      Like

  4. 1. Rambutnya panjang banget mbak dulu, trus potong rambutnya di OZ seblum brangkat gitu? (Tak perhatiin kok kayaknya pendekan rambutnya)
    2. Ihhh bener colombia ibukota Bogota kan? Blum sempat googling, duh jd pengen liat telenovella TVRI, dl gak ngerti critanya cuma liat pemainnya cantik ganteng dg baju2 yg lebar kurungan ayam…

    Like

    • Hahaha😝 iya waktu itu rambutku agak2 “gadis Sunsilk” gimana gitu.., ceritanya menantang diri sendiri bisa gak berambut panjang.. Trus pas nyampe Oz lagi summer yg panas dan kering itu, kesabaranku habis ya potong pendek banget jadinya..😄
      Iya Colombia yg ibukotanya Bogota, salah satu gudang telenovela juga😉

      Like

    • Serem tapi eksotis.., jadinya waswas tapi penasaran..😄 Makasih sudah mampir.. BTW, kamu kan nge-blog bukan di WP, gmn caranya bisa follow kamu ya..? (Yaa..ketahuan deh gaptek😝)

      Like

  5. huaaaaa..ternyata bukan hanya kantorku yg minim pegawai cewe. di kantorku pegawai cewe cm 5 org aja. tp ada senengnya jg kl cewe cm sedikit dlm lingkungan kantor, intrik2nya gak bgitu banyak. hihihi..belum tentu jg ya sebenernya.
    btw, kl ngomongin soal Kolombia, yg kebayang itu ya drugs dan kriminalitas disana. seru ya jd bolang ^_^

    Like

    • Hahaha😝😝😝 iya sih kayaknya intrik gak sebanyak kalo di mayoritas cewek, aku pernah lama kerja di lingkungan mayoritas cewek juga soalnya..
      Oh ya aku sudah balas ya emailnya, ternyata emailmu masuk ke junk mail.. Mungkin email balasanku masuk ke junk mail kamu juga..

      Like

  6. Memang sih kalo kita ga ngalamin sendiri jalan-jalan melanglang buana, kita ga bakal tau tuh nama-nama tempat dan lokasi persisnya, Waktu saya pertama kali dapet kerjaan di Qatar, juga saya ga tau dimana persisnya Qatar itu, memang sih di Middle East, tapi kan banyak tuh negara2nya yang gedenya cuma segede kutu… 🙂

    Like

  7. Jadi inget waktu saya berangkat pindah duty station ke Sri Lanka sendirian naik pesawat (Emirates), trus banyak rombongan calon2x TKI yang lugu2x banget kayaknya dan ngga bisa Bahasa Inggris… Pas transit di Colombo (Sri Lanka), bingunglah mereka kasak-kusuk…. kurang lebih bilang: “Loh, ini sudah sampai belum ya kita?…Kok saya dengar kita ini di Colombia?… Colombia itu dimana ya?….. ” Mereka tahu saya orang Indonesia dan tambah bingung karena saya siap2x turun dan pengen ikutan…. Akhirnya karena tidak tega saya bilang :”Mbak2x jangan ikutan turun…ini belum sampai, pesawatnya cuma mampir dan berhenti sebentar, ini di Colombo….bukan Colombia….Inget ya mbak, jangan turun…..” *sambil ngeri membayangkan kalau tiba2x ada puluhan TKI terlantar di bandara Colombo karena salah turun….*

    Like

    • Wah kasian ya mereka koq tidak dibekali pengetahuan atau didampingi ketua regu gitu… Oh iya ya para TKI transit di Colombo juga ya… Aku sih sering denger temen2ku yg umroh transit di situ.. Aku pernah juga loh sepesawat dengan banyak TKW waktu terbang dari Abu Dhabi ke Jakarta.. Udah gitu ada satu mbak TKW yg paspornya hilang di pesawat itu, entah jatuh di dalam pesawat atau di luar sebelum boarding..Tapi tetep kasian banget… Si mbaknya udah mau nangis kayaknya… Prosedur mereka bener aja sering jadi sasaran pungli, apalagi kalo ada situasi begitu…

      Like

      • Iya, saya heran, ini kenapa sih mereka kok nekat dilepas dengan pengetahuan terbatas…. nggak heran kalau mereka sering jadi mangsa empuk majikan yang semena2x….ckckck…

        Like

      • Udah gitu petugas imigrasi bandara tuh aku perhatiin suka jutek kalo sama tki/tkw.., pernah aku disangka tkw, trus nanyain mana paspor tuh gak sopan banget.. Aku sih sama sekali gak keberatan disangka tkw, mereka pahlawan devisa koq.. Aku cuma sebel sama cara sebagian petugas itu memperlakukan mereka, kayak merendahkan gitu…

        Like

    • Serem-serem cihuyyy.., mba..hahaha.. View pas udah di atas itu loh.. Kereeennn!!! Teman orang Australia aja pada banyak yg takjub koq saya beranian katanya.., padahal menurut saya kalo pas lagi manjatnya gak berasa manjat tuh.., biasa aja, gak seseram yg orang bayangkan.. Bener kan mba..?

      Like

      • iyaaa….manjatnya ga serem, turunnya itu yg serrrrr….serrrr..duh..lumayan merinding. lebih merinding lagi pas bayarnya..berasa mahal banget hahahaaa…..plus beli fotonya..dooooh mau ga mau harus beli dong..

        Like

      • Hahaha..mba Fe ini lucu juga..serem pas bayarnya.. Pas turunnya saya malah gak inget ada rasa serem loh mba.. Kayaknya saya ketawa ketiwi aja menikmati angin semilir.., maklum waktu itu di Sydney lagi summer sampe 40’C.. Iya fotonya emang mahal, tadinya saya juga gak mau beli tapi ya sudahlah belum tentu juga ke sana lagi..

        Like

      • Wah baru tau kalo Brisbane Bridge bisa dipanjat.. Saya pengen manjat Golden Gate di San Fransisco, mba.. Waktu ke US saya gak sempet ke sana.. Oh ya.., waktu di Mesir, mba Fe sempet masuk ke dalam salah satu piramida yang di Giza..? Saya sempet loh, mba.. Seru..!

        Like

Leave a reply to Crossing Borders Cancel reply