Hari itu untuk pertama kalinya selama sekitar 2 minggu di Barranquilla, saya berdandan meski sederhana saja, maklum bukan tukang dandan. Saya akan datang ke acara kumpulan ibu-ibu yang Tess bicarakan sebelumnya. Dia bilang acaranya berupa makan siang bersama beberapa teman lainnya di tempat tinggal salah satu dari mereka.
Tess, seperti biasa dengan gayanya yang selalu ceria dan enerjik, menjemput saya. Ketika sampai di tempat acara, saya perhatikan tempat tinggal Belinda, temannya Tess ini, adalah sebuah rumah besar yang lengkap dengan kolam renang dan pagar tinggi sekali, serta dijaga beberapa petugas keamanan. Saya pun diperkenalkan ke tuan rumah dan beberapa orang yang sudah ada di situ. Saya langsung merasa seperti berada di gedung Perserikatan Bangsa Bangsa (kayak pernah aja…), karena ada Tess yang tentunya dari Australia, Katherine dari Amerika Serikat, Evelyn dan Laura dari Afrika Selatan, Sofia dari Argentina, Amelie dari Prancis, Daniela dan Natalia dari Kolombia, sang nyonya rumah Belinda dari Inggris, dan yang terakhir Irma dari Indonesia…! Ternyata ada perempuan Indonesia yang sudah lebih dulu nge-bolang ke Kolombia ini. Sebelumnya Matt dan Tess pernah bilang bahwa ada satu orang Indonesia juga yang tinggal di kota ini, tapi saya waktu itu tidak yakin. Saya pikir, orang “aneh” mana lagi (dari Indonesia) yang mau tinggal di negara ini selain saya…?
Ternyata Irma ini aslinya orang Sulawesi, baru enam bulan tinggal di Barranquilla, dan seperti saya, statusnya adalah ikut suami yang juga orang Queensland, Australia. Bedanya saat itu pasangan ini sudah punya 3 anak dan sedang menantikan kelahiran anak keempat! Sebelumnya mereka tinggal di Kazakhstan, sebuah negara pecahan Uni Sovyet yang terletak di Asia Tengah.
Saya dan Irma langsung nyambung. Seperti saya, dia juga pernah kerja di perusahaan pertambangan dan tinggal di camp. Dan dia cerita, beberapa minggu sebelum saya dan M tiba di Barranquilla, sebetulnya ada satu pasangan Australia-Indonesia lainnya, sang istri berasal dari Sulawesi dan sang suami juga dari Queensland. Tapi kemudian mereka kembali ke Australia karena kontraknya tidak lagi diperpanjang. Lucunya, ternyata saya kenal pasangan yang diceritakan Irma ini karena sebelumnya sang suami pernah bekerja di perusahaan yang sama dengan tempat kerja M di Samarinda. Sementara sang istri dulunya adalah staf admin di tempat yang sama. Wah…, dunia memang sempit! (Belakangan setelah mengenal lebih dekat para ibu di pertemuan ini, saya makin yakin…, dunia memang sempit…)
Acara kumpul-kumpul hari itu ternyata untuk merayakan beberapa hal: Valentine’s Day (ini acara V’Day pertama yang pernah saya ikuti), ulang tahun Tess (saya baru tahu pas di acara ini, tahu gitu bawa kado..), dan pengumuman dari Tess bahwa dia sedang hamil anak kedua! Wah…, ternyata hari itu adalah Tess’ Day! (Dan saya makin tidak enak hati karena cuma bawa diri ke acara itu, diantar jemput pula sama sang bumil…) Ini dia penampakan dari acara tersebut.
Saya tidak tahu persis bagaimana para perempuan ini awalnya saling kenal. Yang saya tahu, ada beberapa kelompok jika dilihat dari pekerjaan suami. Suamiku dan suaminya Tess kerja di perusahaan A. Kemudian suaminya Irma, Laura, Evelyn, dan Sofia bekerja di perusahaan B. Suami dari 5 orang lainnya bekerja di perusahaan yang berbeda-beda.
Acara berlangsung seru, saya langsung merasa nyaman berada di antara teman-teman baru ini, meski harus membiasakan diri mendengar percakapan Bahasa Inggris dengan berbagai aksen/logat…hehehe… Yang agak sulit dimengerti adalah Bahasa Inggris-nya Daniela…, masih sangat Colombian Spanish logatnya. Tapi si ibu satu ini orangnya memang kocak, sehingga meski kadang terkendala bahasa, semua tampaknya suka berteman dengan dia, termasuk saya.
Makanan yang disajikan adalah makanan khas Kolombia, setidaknya begitulah kata nyonya rumah… Sayangnya saya tidak sempat memotret makanannya. Tapi tampilan dan rasanya menurut saya mirip masakan Indonesia…, minus cabe tentunya… Dan minuman yang disajikan…, tentu saja pink champagne dan pink fruit juice, entah jus buah apa yang jelas warnanya pink, ‘kan Valentine’s Day… Saya pilih jus karena saya tidak minum alkohol. Ini menarik perhatian Sofia dan Natalia. Sofia langsung menebak bahwa saya muslim. Saya heran kenapa tebakannya bisa tepat gitu…, dan di kemudian hari saya tahu mengapa… Sementara Natalia berkata: “You don’t drink (alcohol) at all…? Wow…! Who’s your therapist…?” Saya bingung mau jawab apa, akhirnya…: “Well…, nobody actually…” Belakangan Irma kasih tahu saya bahwa Natalia sedang dalam masa sulit saat itu, dia sedang dalam proses perceraian yang berliku, dan pelariannya adalah alkohol. Dia sudah menemui terapis untuk masalah pernikahannya dan kecanduan alkoholnya, tetapi tampaknya kurang berhasil. Natalia yang malang….
Setelah sekitar dua jam, acara selesai. Kami pun berpamitan. Saya pulang bersama Tess. Pada saat pamitan ini, ada momen yang menarik perhatian saya. Para sopir pribadi yang menjemput ibu-ibu lainnya sekilas tampak seperti punya senjata api di balik bajunya. Ketika kami sudah dalam perjalanan pulang, saya tanyakan hal ini ke Tess.
Dan dia bilang: “Well, they’re not just drivers, they’re bodyguards. And yes, they are armed.”
Saya melongo, kemudian bertanya: “You mean bodyguards like Whitney Houston’s bodyguard? Don’t we have that too?”
Tess: “Yes, that kind of bodyguard. Here many companies that hire expats have that. We don’t have that though. That’s one of the reasons why I drive here, instead of taking public transport…”
Saya: “Oh…, I see….” Ini kayaknya culture shock #4…
Belakangan saya perhatikan semua petugasan keamanan (Satpam) di kota ini dilengkapi dengan senjata api juga, selain pentungan. Ini termasuk Satpam di gedung apartemen saya. Bahkan karena ada petinggi partai politik yang juga tinggal di sini, dua orang polisi bersenjata lengkap ditugaskan setiap harinya. Pernah suatu pagi ketika sedang iseng nongkrong di area balkon apartemen kami, saya melihat bapak-bapak polisi tersebut sedang beli sarapan dari pedagang keliling penjual roti bakar dan kopi yang lewat di depan gedung. Tampilan pedagang ini persis seperti tukang jualan makanan keliling di Indonesia. Saya langsung ambil kamera dan mulai memotret. Tapi salah satu polisi mungkin merasa sedang diawasi sehingga dia menoleh ke arah balkon di mana saya sembunyi dan memotret… Langsung saya berhenti dulu, dan melanjutkan memotret ketika dia sibuk kembali dengan sarapannya.
Entah kenapa setiap bepergian ke negara lain saya suka sekali memotret aparat keamanan setempat. Bagi saya seru bisa membandingkan tampilan polisi dari berbagai negara… Tapi saya memang harus berhati-hati pilih momen yang tepat, karena tidak semua petugas keamanan bersedia dijadikan objek foto, kadang mereka bisa curiga jika momennya tidak pas. Jadi ingat saat di Sharm El-Sheikh, Mesir di tahun 2010, ketika saya hendak memotret polisi yang sedang mengawal kedatangan Presiden Mesir saat itu, Hosni Mubarak; dan akhirnya niat memotret dibatalkan karena saya dan M tidak yakin dengan situasinya…
Balik ke urusan Barranquilla, ketika saya dan Tess sampai di apartemen saya, dia bilang mau memperkenalkan beberapa kegiatan lainnya untuk mengisi waktu luang saya (yang sangat banyak itu…hehehe…)
Apa sajakah itu…?
Bersambung…
wahhh seru seru nihh driver pakai senjata api kereeeen kayak di mafia mafia gitu pakai kacamata hitam …. wahhhh bener2 ya dirimu jadi diplomat serasa lagi party di PBB hahhahah ibu ibunya dari berbagai negara…. luar biasa..ibu darma wanita tambang,…memang berkelas.. !! Siap siap nonton episode selanjutnya yaaa..akhhhhh
LikeLike
😝😝😝Yah gitu deh, satu per satu gegar budaya pada bermunculan… Makasih sudah mampir😃👏
LikeLike
ohh pastinya aku pasti mampir gak mau kelewatan episode nya.. he he
LikeLike
assik ada kevin costner 🙂 , bagaimana mbak jelasin bahwa mbak muslim? Apakah mereka juga nebak mbak nggak makan pork? , saya bisa membayangkan besarnya rumah itu lihat meja makannya nan panjang. Kenapa negaranya yg berkembang itu (eh masum kategori negara berkembang spt Indonesia kah kolombia? Nanti saya coba googling) bisa bersih banget ya mbak jalanannya?
Ok…. serru banget spt nya partynya saya tunggu episode 18
LikeLiked by 1 person
Hahaha..!!! Ya semacam Kevin Costner gitu deh… Wah pertanyaanmu baru bisa dijawab di episode berikutnya tuh.., bukan sok sinetron nih ya…hihihi… Jadi utk sementara waktu, silakan google dulu ttg Kolombia biar makin nyambung sama ceritaku.. Makasih sdh sering mampir ya… Please stay tuned okeh…
LikeLike
No worries mbak ini lbih mnarik dr pd sinetron 🙂 , cuma 1 sinetron Indonesia yg ku tonton Para Pencari Tuhan,
LikeLiked by 1 person
Hahaha…!!! Bisa aja neng Ruru ini… Baeklah kalo getu… Have a nice weekend…
LikeLike
Thankyou, you too
LikeLiked by 1 person
Memang dibeberapa negara penculikan jadi bisnis ya Em. Ngeri cuma ya untuk mencegah jadi pake bodyguard.
Lucu ya ada tukang jualan dipinggir jalan seperti di Indonesia. Kamu masih kontak ngga sama temen-temen yang dicerita ini?
LikeLiked by 1 person
Iya, Lor.. Kadang kalo dipikir dgn perspektif sekarang, aku suka mikir, koq bisa ya aku sampe ke Kolombia dulu… Tapi pas ngejalaninnya sih asik2 aja..
Nah..tadinya aku tuh cuma mau motret si tukang jualan itu.. Aku pikir loh koq ada tukang cilok kayak waktu aku jaman SD hahaha.. Eh taunya tukang sandwich.., eh taunya si pak polisi ikutan jajan..hehehe.. Ya sut..jadi objek fotolah..hihihi..
LikeLike
Oh ya aku masih kontak2 sama mereka, terutama kalo ada yang pindah negara.. Kemarin aja aku baru dapat email dari salah satu temanku itu ngasih tau dia sdh relokasi ke Belgia..
LikeLike
omagaahh dari Kazakhstan ke Colombia, i think your friend is so happy dengan kepindahannya :))
LikeLike
Oh ya, dia bilang Kazakhstan garing, gak bisa sewa nanny, maid dll, nyalon dan ngemall gak seru, bhs lokal (rusia) susahnya minta ampun, plus cuaca tak bersahabat! Kalo Kolombia itu kayak Indonesia cuma isinya hispanic, Afro, Indian yg pada ngomong Spanyol😝😝😝
LikeLike
berasa hidup di Soviet pasti tuh selama di Kazakhz, nyari ATM di Uzbek aja gak ada, money changer cuman pajangan yang gak pernah buka, kartu kredit gak jelas itu apa..omagaaah!
LikeLike
Embeeerrr…. Biar kata bekas gudang narkoba…, di Kolombia kalo nyalon, ngafe, ngemol, bahkan ngedugem mah capcus aja kayak di Indonesia..
LikeLike
aku pernah dikira Muslim karna ga minum alkohol, padahal emang ga doyan hahaha.. wong aku masi makan pork 😛
seru yahh jalan2 dikawal bodyguard, pengen coba make pistolnya yg asli deh 😆
hmm kegiatan isi waktu luang, jangan2 ibu2 disana punya tumpukan DVD drama serial dan saling sewa menyewa huahahaha 😀 *kidink*
LikeLiked by 1 person
Temenku yang Kristen malah pernah disangka muslim gara2 dia gak doyan pork..padahal emang gak suka aja..hehehe..
Hahaha…lucu juga ngebayangin ibu2 temanku itu saling sewa menyewa DVD… Itu salah satunya, tapi kegiatan utama mereka mengisi waktu luang bukan itu.. More stories coming up…
LikeLike
Wah asyik ya punya kawan yang welcome gitu apalagi yang sebangsa bahagianya…
LikeLiked by 1 person
Ya Ria… Aku sih dari awal udah ikhlas aja sebetulnya kalo harus “solo karier” pun, karena di tempatku di Australia gak ada lingkungan temen2 kayak di Kolombia ini, apalagi ketemu orang Indonesia, gak ada yg satu kota…
LikeLike
loh ema sekarang di australia po…?
Wah walau ngak punya teman tapi ada kawan blog jadi sedikit terobati ya..
LikeLike
Aku sekarang bolak balik Indo-Aussie… Setelah ngeblog sejak 2 bulan lalu, aku makin jarang pake sosial media lainnya.. Lebih pas buatku aja sih blogging ini..
LikeLike
Siiip aku malah sudah jatuh hati em..
Plus banyak tambah teman.
LikeLiked by 1 person
Betul, Jeng… Dan serunya, bisa pilih teman yang minat dan karakternya (setidaknya karakter tulisannya) cucok sama minat dan karakter kita, tanpa harus ngerasa gak enak.. Kalo di dunia nyata kan agak gimana gitu.., kadang mau bilang “no heart feeling” tuh susah dimengerti, apalagi kalo sama ibu-ibu… Jadi harus lebih pandai menempatkan diri..
LikeLike
yup betul…
jujur aku banyak pengalaman loe gara – gara blog dari post kamu aja juga bikin tambah ilmu buat aku,
LikeLiked by 1 person
Ohhhh…makasih banyak kalo ternyata tulisanku bisa nambah ilmu, aku juga sama lho tentang tulisanmu.., makasih juga sudah kasih saya pengetahuan lebih banyak lagi lewat tulisanmu..
Mari saling menginspirasi..!
LikeLike
Yup…
Semua serba saling ya em..
LikeLike
Seru ya kalo punya temen dari beda2 Negara apalagi kalo yang hidupnya pindah2 Negara karna ceritanya menarik semua dan jadi kitanya bias belajar dengan budaya Negara lain juga!!
LikeLiked by 1 person
Bener banget! Apalagi kalo orangnya asik2 kayak temen2ku di Kolombia itu… Gak ada matinya deh! Soal pindah-pindah, dari semua yg hadir di acara gathering ini, sekarang tinggal 3 saja yg masih di Kolombia, yg lain sudah pada menyebar ke seluruh penjuru dunia, dan kami masih kontak2 loh…
LikeLike
salam kenal mbak. saya udh baca dari 001 loh ceritanya. itu keren bgt acara kumpulnya jadi kayak di film” apalg rumahnya gtu hihi
LikeLike
Hei Dina.. Salam kenal juga ya… Wah makasih banyak loh sudah meluangkan waktu baca ocehan saya..hehehe..😃 Yang kayak dirimu ini yg bikin aku tambah semangat nulis lagi dan lagi…😄👍 Sekali lagi makasih ya…
LikeLike
Jadi inget waktu ke Brasil, baik di kota besar atau kecil petugas2x keamanan di jalan2x (terutama sekitar bank dan daerah favela) bawa senjata api gitu…. Secara nggak langsung ini menggambarkan situasi keamanan daerah tersebut…ngeri juga kalau buat mereka yang tidak biasa. Karena pernah tugas di daerah konflik aktif seperti di Sri Lanka buat saya sih nggak aneh…. 🙂
LikeLike
Buatku aneh banget karena meski sudah dibriefing dulu sebelum terbang ke Kolombia, tapi tidak pernah detil sampai segitunya.. Sehingga pernah ada razia di jalan raya oleh polisi, itu mirip adegan razia di daerah konflik. Suamiku kena body search detil dari ujung rambut sampe ujung kaki plus tangan di kepala diperiksa sama petugas polisi bersenjata api laras panjang lengkap, bukan hanya sepucuk pistol. Tapi aku gak dicek karena gak ada petugas perempuan waktu itu…
LikeLike
Oh ya aku punya teman orang Brazil dan tinggal di Brazil, di kota Campinas, Sao Paolo.. Dia bilang emang harus extra hati-hati terutama di daerah tertentu.. Eh waktu kamu di Sri Lanka itu berarti di area konflik Tamil Nadu itu bukan?
LikeLike
Haha…dunia memang kecil…T (hubby) dulu kuliah di Campinas…. Kalo saya sih ke sama cuma buat kalan2x aja…
Yep, dulu di Batticaloa, daerah macan Tamil,sampe belajar bahasa Tamil dan Sinhala segala…..sekarang lupa, cuma inget ‘nehe..nehe…aja 🙂
LikeLike