(Foto dan materi tulisan berasal dari koleksi pribadi dan beberapa sumber lainnya)
Mari kita lihat sekilas sejarah kota Barranquilla ini, sebagai selingan sebelum bercerita lagi tentang kejadian-kejadian unik lainnya yang saya alami selama tinggal di sini.
Barranquilla adalah kota yang terletak di sebelah utara Kolombia. Penduduknya sekitar 1.9 juta jiwa (2011). Kota ini juga merupakan kota industri dan daerah/distrik istimewa. Kalau di Indonesia mungkin statusnya mirip dengan DIY Yogyakarta atau provinsi NAD. Berfungsi sebagai ibukota provinsi Atlántico, kota ini merupakan area industri terbesar di wilayah Karibia. Ciri geografisnya adalah dataran di delta Sungai Magdalena yang melayani transportasi air. Kota ini juga dikenal sebagai pusat penerbangan Kolombia dan tempat bagi sebuah karnaval terkenal (Carnaval de Barranquilla).
Juga dikenal sebagai Gerbang Emas Kolombia (La Puerta de Oro de Kolombia) dan juga La Arenosa (Kota Berpasir), kota ini diperkirakan berdiri tahun 1629. Namun hari jadi kota ini dirayakan pada tanggal ketika Barranquilla dinyatakan sebagai sebuah desa, 7 April 1813. Tahun 1834 Barranquilla memiliki populasi 11,212 (sensus resmi), jumlah yang kecil dibandingkan kota-kota sekitarnya pada saat itu. Ketika Barranquilla mulai menjadi pelabuhan penting, ia juga menjadi tempat migrasi warga Eropa selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II, dan warga Timur Tengah serta Asia. Barranquilla juga merupakan kota pelabuhan pertama di Kolombia, membawa serta industrialisasi dan modernisasi. Sesuai dengan namanya, Gerbang Emas Kolombia, bandara pertama di Amerika Selatan juga dibangun di Barranquilla, didirikan tahun 1919, dan penerbangan komersial yang sukses pada zamannya juga terdapat disini, SCADTA, yang sekarang dikenal sebagai Avianca, maskapai penerbangan utama Kolombia.
Tahun 1940 Barranquilla merupakan kota kedua terbesar di Kolombia dan salah satu dari kota-kota modern di Karibia, akan tetapi korupsi oleh pemerintah lokal saat itu sempat mengakibatkan penurunan taraf hidup di kota ini. Saat ini Barranquilla merupakan kota ke-4 terbesar setelah Bogotá, Medellín, dan Cali.
Seperti Indonesia, Kolombia adalah negara tropis. Barranquilla sendiri iklimnya panas dan lembap karena berada di tepi Laut Karibia dan dilalui sungai yang besar, Sungai Magdalena, yang bermuara ke Laut Karibia. Dalam hal cuaca, banyak kemiripannya dengan Jakarta, Balikpapan, dan kota pesisir lainnya di Indonesia. Suhu harian berkisar 32 °C. Musim hujan jatuh pada bulan April s/d Juni dan Agustus s/d November, yang bisa menyebabkan jalanan banjir dan membentuk arroyos (aliran/pusaran) yang berbahaya. Ini terjadi karena tata pengairan yang buruk di beberapa bagian kota. (Hmm…kondisi yang terdengar cukup akrab di telinga saya terkait beberapa kota besar di Indonesia…)
Topografi kota ini tidak rumit: di timur dibatasi Sungai Magdalena; di barat, dibatasi pembatas bernama Circunvalar. Jalur kota terbagi seperti tipikal gaya Kolombia: calles (jalan, dari utara ke selatan) dan carreras (jalan raya, dari timur ke barat). Calles dan carreras diberi nama dengan nomer urut, mirip seperti penamaan jalan di New York City, contoh: 86th street atau 6th Avenue. Alamat apartemen kami contohnya Carrera 82/104 (104 adalah nomer Calle-nya). Sebagai orang baru di kota ini, saya sangat terbantu dengan sistem ini, sehingga kalau tersesat lebih mudah mencari jalan ulang. Pusat kota terletak dekat sungai di tepi timur kota. Di sumbu utama kota adalah Jalan Raya Olaya Herrera, yang bermula dari pusat kota ke tepi barat kota dan menjadi jalan besar ke Cartagena de Indias. Dan Jalan Raya Murillo menuju ke sisi selatan, ke area pekerja di pusat kota. Masyarakat kelas menengah ke atas biasanya tinggal di barat dan utara kota, termasuk area di mana kami tinggal.
Karena statusnya sebagai kota pelabuhan, budaya Barranquilla ditandai dengan gaya kosmopolitan, yang hanya bisa dibandingkan dengan Bogotá, ibukota Kolombia. Kota ini adalah pusat migran dari berbagai bangsa. Dari makanan sampai logat Spanyol, membuat Barranquilla tampak berbeda dibandingkan area lain di negeri ini. Setidaknya begitulah menurut orang-orang Kolombia yang saya kenal.
Kota ini dikenal karena karnaval yang diakui Unesco sebagai warisan kebudayaan, dan juga sebagai karnaval terbesar di dunia karena mengumpulkan lebih dari 300 ragam budaya migran dalam sejarah Pantai Karibia. Karnaval di Barranquilla (Carnaval de Barranquilla) dirayakan selama 4 hari setiap awal Februari, dan dianggap sebagai pawai terbesar di dunia. Penduduk setempat beranggapan karnaval ini lebih hebat daripada Carnaval del Rio di Rio de Janeiro, Brasil (saking bangganya mungkin..hehehe..)
Dimulai dari November (kadang Oktober), kota ini mulai bersolek untuk festival tahunan. Kota dipenuhi lampu warna warni dan rumah-rumah dihiasi dengan dekorasi Natal. Suasana festival memenuhi kota dan berpengaruh pada musik di radio-radio. Pada saat ini cuaca kota biasanya terik dan berangin. Hari yang penting adalah tanggal 7 Desember (sama pentingnya seperti Natal), pada malam perayaan Immaculate Conception, yang juga menandai dimulainya periode perayaan secara resmi. Beberapa jam sebelum matahari terbit tanggal 8 December, warga Barranquilla menyanjung Bunda Maria dengan menyalakan ribuan lentera warna-warni di rumah mereka. Peristiwa ini dinamai Las Velitas (Lilin-lilin Kecil). Perayaan penting lainnya adalah malam Tahun baru. Secara tradisi setiap keluarga akan membakar sebuah boneka, yang melambangkan berakhirnya permasalahan pada tahun yang lalu.
Barranquilla merupakan tempat pemenang hadiah Nobel, Gabriel García Márquez, selama tahun pertama kariernya sebagai jurnalis dan menghadapi tekanan dalam karyanya. Tempat nongkrong García Márquez, La Cueva, telah direstorasi dan dibuka untuk umum sebagai bar yang artistik. Di sanalah penulis ini bertemu dengan Grupo Barranquilla, grup informal berisi penulis dan jurnalis. Saya sih belum pernah ke cafe ini. Barranquilla juga dikenal sebagai Curramba La Bella (kota penyuka pesta yang cantik) dan juga karena selebritisnya yang terkenal, seperti Shakira, Sofia Vergara, Detroit Tigers, dan Edgar Rentería, yang dikenal sebagai “curramberos” (orang yang senang pesta). Wanita dari Barranquilla disebut barranquillera, dan prianya disebut barranquillero.
Barranquilla membedakan dirinya dari kota besar lain di Kolombia dalam hal budaya dan agama. Sekitar 52% populasinya berasal dari warga asing/imigran. Walaupun agama dominan adalah Roman Katolik, terdapat juga grup Protestan, Muslim, dan Yahudi. Warga Muslim dan Yahudi kemungkinan besar imigran dari Timur Tengah. Penganut Katholik sekitar 69,3%. Protestan 19,4% dan sisanya 10,7% campuran antara Muslim, Yahudi, dan yang menyatakan tidak beragama.
Dalam hal pendidikan, Barranquilla adalah pusat bagi universitas, seperti Universidad del Norte, Universidad del Atlántico, Universidad Metropolitana, Universidad Autónoma del Caribe, Universidad Simón Bolívar, Corporación Universitaria de la Costa. Terdapat sekolah dua bahasa seperti Marymount, Karl C. Parrish, Altamira International School, Lyndon B. Johnson, Deutsche Schule Barranquilla, dan British International School, yang diakses oleh masyarakat elit kota. Barranquilla juga pusat bagi sekolah Katholik, seperti Colegio Biffi La Salle, Liceo de Cervantes, Colegio Sagrado Corazón, dan Jesuits’ Colegio San José. Sekolah lain termasuk Colegio Hebreo Unión (untuk Yahudi), dan pusat akademi Presbyterian Colegio Americano. Kota ini memiliki angka buta huruf terkecil: 0.36 percent dengan jumlah pengguna dua bahasa terbanyak.
Karena olah raga sepakbola cukup populer, penduduk lokal mengikuti klub sepak bola Barranquilla, Atlético Junior. Tim ini bermain di Estadio Metropolitano, satu dari stadion sepakbola terbesar di benua Amerika. Yang saya perhatikan, orang Kolombia ini ternyata lumayan fanatik dengan sepakbolanya.
Transportasi publik di Barranquilla terdiri dari bis dan taksi. Tidak ada angkot seperti di kampung saya..hehehe.. Sistem transit cepat yaitu ‘Transmetro’, seperti sistem di Bogotá, TransMilenio, mulai beroperasi akhir 2007. Transmetro ini mirip Transjakarta/busway di Jakarta, hanya menurut saya Transmetro jauh lebih bagus dari segala sisi. Di bidang transportasi udara, bandara di kota ini yaitu Bandara Internasional Ernesto Cortissoz melayani penerbangan domestik dan internasional dimana penerbangan domestik kebanyakan dilayani oleh Avianca. Dari bandara ini penerbangan ke luar negeri yang paling sering dilakukan adalah ke Miami, Amerika Serikat, yang ditempuh hanya dengan 2 jam penerbangan.
Ada hal-hal menarik lainnya (seperti biasa) tentang urusan transportasi publik di kota ini. Mari kita tunggu episode berikutnya…hehehe..
Bersambung…
Oooo…. ternyata ada jejak2x dari penulis favorit saya Gabriel Garcia Marquez di kota ini…. BTW, kamu nggak belajar salsa?….. kayaknya asik kalau bisa.
LikeLike
Kalo salsa secara khusus sih gak, tapi aku ikut latin dance aerobic namanya rumba.., itu kayak Zumba yg lumayan ngetrend di Amrik sono.. Tapi ya sama aja, karena Zumba/rumba itu asalnya ya dari Kolombia juga dibawa ke Amrik jadi Zumba. Intinya itu aerobik 1 atau 2 jam isinya nari-nari aneka tarian latin..
LikeLike
Gw di kantor zumba tiap hari senin, lumayan banget buat bikin keringat keluar dan membakar lemak 🙂 Kolega gw yang asli dari Dominican Republic yang jadi gurunya…. seru banget karena dia masuk2xin unsur bachata, salsa, merengue… yang lebih asik lagi karena ini gratis hihi… 🙂
LikeLike
Hahaha..ternyata pelaku zumba juga dirimu.. Dulu di sana bayar sebulan 100 ribu peso (500 ribu rupiah), boleh datang tiap hari Senin s/d Sabtu buat aerobik 1.5 jam.. Kalo sekarang berhubung di kota di Australia dan Indonesia nih kota kecil yg gak ada zumba-zumbaan gitu, akhirnya aku pake DVD dan PS-nya aja..
LikeLike
Waaaash cuacanya sama gitu ma indonesia tapi ceweknya sexy sexy…
LikeLike
Ya tuh tampang Miss Universe semua..😝
LikeLike
mbak di dua foto itu homeless ya?, menariknya 52% penduduknya adalah imigran? brarti sisanya penduduk asli yang keturunan Indian itu? kalo penduduk asliny juga ada pemukiman atau terpusat di wilayah tertentu gitu kali ya? yo wes aku tunggu crita selanjutnya aja hehehe
LikeLike
Barranquilla ini buatku seperti mini Jakarta, termasuk urusan tunawisma.. Bedanya mungkin penduduk imigran yg dimaksud di sini adalah yg sdh bermigrasi ratusan tahun lalu.. Penduduk asli/suku asli tampaknya lebih suka tinggal di daerah pedalaman/hutan daripada di area pesisir.. Setahu saya mereka hidup biasa saja, tidak dipusatkan di wilayah tertentu seperti suku Indian di Amerika Serikat..
LikeLike
Kalo liat dr foto2nya keliatan bersih dan rapi kak suasana disana.. Tp yg gelandangan tidur di emperan toko ini sama ky jakarta jg yah 🙂
LikeLike
Itu dia Mey, Barranquilla ini seperti mini Jakarta, kelebihannya mungkin Barranquilla lebih bersih..
LikeLiked by 1 person
Cantik yaa.. Apartemen juga terlihat modern.. 🙂
LikeLike
Oh ya kalo apartemennya emang cantik2.., apalagi yg dibangun tahun 2000an ke sini.., cuma ya setiap kota metropolitan pasti ada tempat kumuhnya, sama seperti kota ini.. Aku sih ngeliat kota ini kayak liat Jakarta versi kecilnya..
LikeLike
ada tunawisma jg ya kak disana.l btw seru jg kak ya bisa pernha hidup merasakan di luar negeri hehe
LikeLike
Tunawisma tuh identik dgn kota metropolitan ya kayak Barranquilla ini yg menurutku seperti Jakarta versi kecilnya.. Iya aku sukanya tinggal di luar negeri tuh karena naluri si bolang-ku terpenuhi (hehehe…) meski harus diimbangi dengan kemandirian tingkat tinggi juga, apalagi dengan tipe kerjaan suamiku yg jarang di rumah mau kerja di negara manapun..
LikeLike
rupanya kesana free visa ya mbak
LikeLike
Utk WNI bisa Visa on Arrival gratis, boleh tinggal 6 bulan.
LikeLike
dari indonesia naik apa yah mbak?
LikeLike
Maksudnya naik maskapai apa? Kalo dari Indonesia biasanya cari yg terbang ke Jepang trus ke USA baru deh ke Kolombia pake Japan Airlines dan American Airlines… Atau bisa juga lewat Singapura trus Paris trus langsung Bogota (Kolombia) pake Air France.. Kalo kami berangkat ke Kolombia dari Australia waktu itu.., jadi rutenya Australia – New Zealand – Chile – Kolombia.., total sekitar 30 jam penerbangan..
LikeLike
mahal ya kak, ama jarang ya orang indonesia travelling kesana
LikeLike
Sebetulnya gak beda jauh sih sama ongkos ke USA dan Eropa barat, cuma ya itu, bukan tujuan populer utk apapun gara-gara sejarah kelamnya.. Tapi sejak tahun 2000an negara ini memang serius bangkit dari keterpurukan..
LikeLike
hmm jauh ya mbak hehehe
LikeLike
Mmg kalo kita di t4 baru paling enak kalo sistemnya sama dgn yg kita tau ya, sprt sistem jalan… Jd sgt membantu.. Cakep nih pantai nya. Lagi bujuk2 suami kesana dan blom berhasil hahaha
LikeLike
Hey Bonita.., makasih sdh mampir.. Pantainya emang cakep.., tapi menurutku masih lebih cakep pantai bangka belitung dan Derawan di Kalimantan Timur, meski aku sendiri belum pernah ke dua pantai ini..hehehe…
LikeLike
Wah kalo pantai2 di Indo tetep yg paling ok dong 🙂
LikeLike
berapa lama mbak stay disana ?
LikeLike
Kira-kira setahun..
LikeLike
wah cepat sekali……………..kontraknya emang cuma setahun gitu……….padahal culture shock nya udah 10 aja tuh
LikeLike
Setahun lebih dikit.., harusnya 2 thn, keburu harus balik ke Australia.., ntar ini ada kisahnya juga..😄
LikeLike
wah wah wah gak seru donk petualangannya kurang lama………….. episode nya berapa nih nantinya ?
LikeLike
Ah tetep seru dong, aku kan story teller yg handal..😝 Project Flashback ini ceritanya kilas balik 2007-2014.. Masa 7 tahun yang penuh dgn petualangan tak terduga karena bisa mampir di 6 benua😝😝😝
LikeLike
berarti bakalan buat episode sampai 700 lah 1 tahun 100 episode 😀
LikeLike
Wuahhhh…kelamaan kaleee😝 100 episode buat cerita di 7 tahun itu aja.., kalo bisa 50 aja malah😄
LikeLike
Jadi belum tau sampe berapa episode, 100 mungkin😉 Sampe pembacanya mual muntah kalee😝
LikeLike
Tetep seru lah pasti meski cuma setahun. Yg namanya pindah kota dalam negeri aja, ceritanya 101 macam. Apalagi pindah keluar negeri yaa 🙂 dan iya, itu semua emg tergantung story tellernya gmn bs mengolah kata, hehehe. Cuzzz teruskan cerita2nya. Meski ga selalu komen, tp aku baca terus lhooo…..
LikeLike
Heheheh😄makasih neng tika… Sebetulnya cerita banyak banget cerita gesekan budaya dari tinggal di luar negeri tsb cuma aku ambil yg intinya aja.. Karena seperti yg kamu bilang, pindah kota aja ceritanya banyak apalagi pindah negara.. Makasih sudah jadi pembaca setia ya😄
LikeLike
mantap mbak baca blognya serasa terbang mengikuti alur ceritanya….
LikeLike
Hehehe..makasih ya sudah mampir dan meluangkan waktu buat baca-baca..
LikeLike
30 jam terbang lumayan yahhhh setengah bumi ada nih..
LikeLike
Emang setengah lingkaran bumi..😀 trus pake nyebrang Samudra Pasifik segala.. Trus pas balik ke Australia kan setengah lingkaran bumi, jadi bisa dibilang aku udah “keliling dunia”😛
LikeLike