(031) Setelah enam bulan…

“When you think life is dull, just remember other people’s paths that have come across with yours. They have made life quite colourful, haven’t they..?”

Sekitar Juli 2011… Setelah enam bulan tinggal di Barranquilla, Kolombia, saya mulai merasa bisa mengikuti irama kehidupan di kota ini, merasa lebih kerasan dan tidak lagi bertemu momen gegar budaya yang menghebohkan itu. Tapi di saat yang sama banyak perubahan telah terjadi di seputar lingkungan teman-teman saya terutama ibu-ibu expats. Namanya juga expatriates, entah apa arti sesungguhnya, tapi saya pribadi suka menyebutnya sebagai modern day gypsy, pengelana atau pengembara versi zaman modern. Dan yang namanya pengembara, tentu tak jauh-jauh dari mengembara, berkelana berpindah tempat.

Itulah yang terjadi pada beberapa ibu-ibu expats teman saya ini. Di saat yang hampir bersamaan, beberapa orang pindah dari Kolombia. Mereka pindah karena suami mereka pindah tempat kerja. Sofia pindah ke Afrika Barat, Belinda pindah ke Afrika Selatan, Amelie pulang kampung ke Prancis, Daniela ikut suami ke kampungnya di Kanada, dan yang terakhir.., Irma, satu-satunya teman Indonesia, boyongan mudik ke kampung suaminya, Australia.. Resmi sudah saya jadi satu-satunya orang Indonesia di kota ini..

Selain itu, di saat beberapa ibu expats mengumumkan mau pindah, ada juga beberapa orang yang akan berulang tahun (Laura, Sofia) yang mau mengadakan acara birthday lunch, atau sedang hamil (Tess dan Irma) yang mau mengadakan acara baby shower alias selamatan ibu-ibu hamil.. Jadinya di bulan-bulan itu acara kumpul-kumpul ibu-ibu jadi bernuansa campur aduk.., antara sedih, gembira, bersemangat, tak terlalu bersemangat, mengharukan, dll… Contohnya, acara baby shower Irma yang jadi campuran antara sedih dan gembira. Sedih karena teman seperjuangan berkurang, dan sekaligus turut merasa berbahagia karena dia mengumumkan akan punya anak perempuan (akhirnya…, setelah tiga anak sebelumnya laki-laki semua). Ini dia penampakan acara baby shower/farewell party tersebut..

Emmy's iPhone_110811 045Emmy's iPhone_110811 047Emmy's iPhone_110811 036Emmy's iPhone_110811 046Emmy's iPhone_110811 029Emmy's iPhone_110811 040Emmy's iPhone_110811 037

Atau birthday lunch Sofia yang juga akhirnya jadi farewell party ketika dia mengumumkan kepindahannya ke Afrika Barat.

Emmy's iPhone_110811 064Emmy's iPhone_110811 070Emmy's iPhone_110811 068Emmy's iPhone_110811 058

Yang suasananya paling terasa “aneh” mungkin baby shower-nya Tess. Biasanya kalau ibu-ibu expats mau kumpul-kumpul untuk acara apapun maka pilihan tempatnya di kafe, restoran, atau rumah. Tapi kali ini Tess ingin kumpul di sebuah spa yang terletak persis di pantai Laut Karibia. Jaraknya sekitar satu jam dari tempat kami tinggal. Acaranya akan berupa bersantai di area kolam renang, dilanjutkan dengan pijat satu jam (khusus bagi Tess akan diberikan pijat untuk ibu hamil), kemudian makan siang lengkap dengan dessert dan minuman. Biaya per orang 300 ribu peso (1.5 juta rupiah), sudah termasuk biaya kado kolektif untuk Tess sang ibu hamil.

Di hari yang sudah ditentukan kami semua datang ke tempat spa tersebut kecuali…Tess.. Apa gerangan yang terjadi..?

Ternyata di pagi itu dia mengalami pendarahan hebat dan harus dilarikan ke rumah sakit. Dari sanalah dia telpon Belinda yang rumahnya paling dekat dan memberitahukan hal tersebut. Belinda segera menuju rumah sakit untuk menjenguk. Untungnya kehamilan Tess masih bisa dipertahankan. Dan tentu saja dia tak bisa pergi ke acara baby shower-nya sendiri karena harus istirahat total. Karena hal ini Belinda tiba ke tempat spa belakangan. Ketika semua sadar apa yang terjadi, tadinya kami akan pergi menjenguk Tess dan membatalkan acara tersebut. Tapi lewat telpon Tess minta acara tetap jalan. Sambil agak termehek-mehek dia bilang: “Ladies, I’m sorry… I just ruined my own baby shower party.. I’m okay though, everything is under control now. Please stay (at the spa) and enjoy what’s been prepared. Have fun..”

Meski awalnya terasa janggal tapi akhirnya kami semua setuju untuk meneruskan acara. Benar-benar terasa aneh karena tujuan acara ini adalah perayaan kegembiraan, selamatan kehamilan, sementara sang ibu hamilnya sendiri tak bisa datang karena baru saja “terselamatkan” dari kondisi darurat. Berikut penampakan acara tersebut..

IMG_0731IMG_0728DSC00309DSC00308IMG_0743

Beberapa hari kemudian, kami semua menjenguk Tess di rumahnya dan gotong royong membantu dia jika diperlukan, karena dia masih harus banyak istirahat. Meski punya asisten domestik, ada beberapa hal yang Tess lakukan sendiri seperti antar jemput anak sekolah, belanja bulanan, dan tentu saja menyetir sendiri ke mana-mana. Waktu itu saya bantu Tess untuk urusan belanja bulanan. Dengan diantar sopir perusahaan, kami pergi ke Makro, supermarket grosiran itu. Dan dari situ saya jadi lebih paham mengapa dia perlu bantuan untuk urusan belanja ini. Ternyata banyak sekali belanjaannya..! Belanja satu bulannya dia mungkin sama dengan belanja saya setahun.. Sekali belanja tiga troli besar..! Jadi waktu di Makro itu Tess jalan sambil menyebutkan daftar belanjaan, dan saya yang ambil barang dari rak dan dorong troli.

Ada yang pergi, ada juga yang datang.. Sebelumnya pernah disinggung sedikit soal Molly dan Randy, pasangan expats asal New Zealand di kantor M yang baru tiba dari China. Masih di kantornya M, ada Rick yang orang Amerika Serikat dan istrinya, Selena, yang asli Kolombia. Kemudian dari perusahaan lain ada expats asal Australia, Sam dan Alicia. Sam ini yang menggantikan posisi suaminya Sofia di perusahaan tersebut.

Dan demikianlah update status kehidupan sosial saya di Barranquilla setelah enam bulan. Semoga tidak terlalu membosankan. Just another day in an expats lady life… Dari cerita di atas, satu lagi yang saya pelajari: sebagai salah satu “anggota klub nomaden” ini, biasakanlah beradaptasi sosial dengan cepat, karena di dunia expats (dalam hal ini expats pertambangan), orang datang dan pergi silih berganti tiada henti..

Bersambung..

23 thoughts on “(031) Setelah enam bulan…

  1. Turut prihatin sama Tess yang ruined her own baby party… Untung bisa diselamatkan… Hebat Tess… Walau kena musibah, tetap tabah dan the show must go on sama dia….

    Like

  2. Cepet jg ya mbak adaptasi di negeri org, lha wong aku aja butuh waktu 1 tahun utk ngerasa nyaman tinggal di Bali 😆
    People come and go. Di kampusku jg sempet ada yg keluar, ada yg pindah jurusan, macem2 lah mbak Em.

    Like

    • Ya gitu deh, Ge.. Sebetulnya di mana pun berada, orang memang datang silih berganti dalam kehidupan kita.. Cuma di dunia expats lebih cepet perputarannya, trus perpindahannya juga ekstrem (pindah negara, pindah benua), orang-orangnya juga belum tentu dari negara yg sama.. Jadinya kemampuan beradaptasi sosial yg cepat memang sangat penting.., kalo gak bisa termehek-mehek forever lah..hehehe..

      Like

  3. My God, sama bgt dgn kehidupan students dan istri2 students disini. Friends come n go. Abis ini giliranku yg go setelah sebelumnya hrs melepas kepulangan 2 orang teman lain kembali ke Indonesia.

    Like

    • Iya, Non.. Temenku para expats yg ketemu di Kolombia, Kalimantan, dan Australia sekarang sudah tersebar ke segala penjuru dunia di 6 benua.. Jadinya kita tuh harus cepet bisa beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang di sekitar kita tanpa merasa terlalu termehek-mehek kalo setiap 4 bulan ada aja teman yang pergi..😢

      Like

      • ada temen baik si Matt disini yang ngomong gini, Em “aku males banget punya temen baik di Medan soalnya belon apa2 udah pergi lagi” dia kebetulan expat yang lumayan lama tinggal di Medan, sementara yang lainnya udah pindah2.

        Like

      • Hahaha..itu mirip orang yang gak mau pacaran/nikah lagi karena sebelumnya patah hati melulu..
        Nah itu dia contohnya seperti yg kamu sebutkan itu… Belum lagi kalo orangnya tukang nge-bolang kayak si M tuh.. Merasa kerasan di satu tempat, udah harus pindah lagi.., dan aku sebagai trailing spouse alias istri ngintil ya ikut ‘terseret’ ke sana kemari..hahaha.. Tapi aku mah enjoy aja sih..

        Like

  4. Sedih ya mba kl udah cocok tapi harus pisah ga tanggung2 sampe beda benua bahkan. Mau ga mau harus nyesuain diri lagi sama lingkungan baru baik yg meninggalkan maupun yg ditinggal. Blm kebayang tinggal di negara orang, salut mba kamu cepet bgt nyesuain diri disana 🙂

    Like

    • Hehehe..makasih, Mar..😀 Aku juga suka heran sendiri.., koq bisa ternyata tinggal dan pindah2 negara/benua gitu.., soalnya banyak orang indonesia lainnya yg tinggal di negara lain suka ngeluh macam-macam.. Buatku, tinggal di mana pun pasti ada plus minusnya.. Ya harus disiasati sedemikian rupa supaya bisa betah..😊

      Like

  5. Seru ya baca kisah hidup di negara orang. Benar banget kemandirian sangat diperlukan. jangan runtang runtung sana sini. Ingat film AADC “kalian tuh kesana kemari selalu bareng, kayak ga punya kepribadian aja”. Oh My! sudah berapa lama film itu ya hehehe

    Liked by 1 person

Leave a comment