Sekedar selingan: Sudah disunat belum..?

Ini salah satu percakapan yang sering terjadi sebelum saya dan M menikah dan beberapa saat setelah menikah. Contoh percakapan di bawah ini saya pilih karena penyampaiannya yang paling “kepo”. Penanya adalah kolega (bukan sahabat, bukan keluarga dekat) di tempat kerja saya dulu di Bandung..

Penanya : Mbak Em.., suami sampeyan kan bule tuh.. Disunat dulu gakย sebelum nikah.., harus loh disunat!

Saya : Kenapa kamu mau tahu..?

Penanya : Eh..(tergagap..), gak kenapa-kenapa sih.. Wajib tuh, nanti dosa loh..

Saya : Dan kenapa saya harus kasih tahu kamu sudah atau belumnya..?

Penanya : Eh..(kembali tergagap..).. Ya.., gak kenapa juga sih..

Saya : Nah, karena kamu tidak bisa kasih saya alasan kenapa saya harus kasih tahu kamu untuk urusan ini, berarti kamu tak perlu bertanya soal itu lagi..(sambil pasang senyum yang paling manis..)

Penanya : Eh..iya deh, mbak..

(Catatan: sebetulnya kalau yang bertanya adalah orang dekat dan dengan cara yang lebih nyaman, pasti saya jawab begini: Dia sudah disunat waktu masih kecil, agama dia yang dulu juga mewajibkan sunat)

33 thoughts on “Sekedar selingan: Sudah disunat belum..?

  1. Saya menghindari pertanyaan pribadi macam ini ke orang yg tidak kenal dekat. Tapi kawan saya bercerita ttg pengalaman sunat calon suaminya tanpa saya minta bukan cerita detail hanya semacam bahwa calon suaminya baru sunat kemarin, sudah itu aja ๐Ÿ™‚

    Liked by 1 person

    • Ya ada juga yg memang nyaman bercerita hal-hal kayak gini ke orang lain.. Aku kalo ditanyanya gak pake nada nuduh dan kepo sih ya dijawab aja seperlunya.. Tapi orang tuh kadang gak bisa bedain batas akrab dan sopan santun..

      Liked by 1 person

  2. Sampai saat ini pertanyaan itu masih kuhadapi. Herannya, yang suka pada nanya itu orang2 berpendidikan (tinggi) malahan. Ga punya tata krama banget. Antara otak pinter sama mulut ga singkron. Kepala KUA aja waktu memuallafkan suami ga nanya apa2. Kalo ada yang nanya aku suka bilang “kepentingannya sama hidupmu apa aku kok musti menjelaskan” — “ga ada” — “ya sudah, berarti ga ada yang perlu dijelaskan” —Kemudian hening ๐Ÿ˜€

    Liked by 1 person

  3. Maybe dia mau ngasih referensi mantri sunat yang bagus mbak. Hahahaha….

    Maybe ya… Tapi ya emang kadang mulut dan otak suka gatel… Jadi keceplosan deh tanya… Memang top jawabannya mbak Em.

    Like

    • Ya mungkin juga.., sebetulnya saya pun tidak keberatan kalo maksud dia mau rekomendasikan apa gitu.., tapi jangan dengan nada seolah-olah saya baru saja melakukan kejahatan.. Bahasa tulisan memang sulit dibandingkan dengan bahasa verbal dalam hal intonasi..

      Like

  4. Aku punya pengalaman sama mba, parahnya ini cewe (sepupuku) mulut ember, dia mojokin suamiku terus kalau ketemu, keluarga besarku campur2 terdiri dari berbagai agama dan suku, jadi saat ngumpul2 yang belum sunat selalu jadi inceran dia. nggak penting banget becandanya!
    Suamiku jadi kepikira sunat. setelah sunat dia bilang menyesal,sekarang kalau saat bersetubuh jadi tidak nikmat lagi, nggak sensitif seperti dulu katanya,aku nggak tega mba. huhuhu

    Like

    • Hai Wita.. Makasih udah mampir dan berbagi cerita.. Tak mudah memang kalo punya situasi berbeda dari orang kebanyakan.. Maaf.., kalo boleh saya tahu.., koq bisa sampai terintimidasi sedemikian rupa oleh sepupumu itu? Maksud saya, dia toh hanya sepupu, bukan orang tua atau adik/kakak kandung yg menurut saya level kekerabatannya pasti jauh lebih dekat dibandingkan dgn sepupu, sehingga bisa dibilang punya pengaruh lebih tinggi dalam “mencampuri” urusan pribadi kita..
      Salam-Emmy

      Like

  5. Sepertinya ini pertanyaan wajib ke bule, orang kita banyak yang suka kepo.

    Aku tunangan dengan orang UK, dan tahun 2021 rencananya akan menikah.
    Saat aku ajak dia ke pertemuan keluarga besar, tanpa basa basi, ada beberapa yang bertanya “Sudah sunat belum?”. Lalu mereka bercanda-canda dengan senyum-senyum genit, seperti layaknya ibu-ibu genit.

    Mendengar pertanyaan itu aku jadi malu sekali. Dan dia juga bingung dapat pertanyaan seperti itu pertama kali di hidupnya.

    Dan bahkan setelah aku tegur, beberapa orang terlihat tidak suka denganku, saat pertemuan selanjutnya tidak mau diajak mengobrol, ya sudahlah aku juga tidak butuh orang toxic di hidupku. Tapi tanteku malah semakin berani, dia sering bertanya hal-hal private, bahkan sampai minta lihat foto alat vital tunanganku. Aku bilang “Jangan aneh-aneh tante, itu privasi, tante juga tidak akan memperlihatkan punyanya om kan.” Dia lalu menunjukan foto penis suaminya dengan tanpa beban, tanpa mikir. Tidak masuk akal.

    Sepertinya orang yang bertanya hal bodoh seperti itu tidak berdasarkan tingkat pendidikan atau ekonomi, tapi memang pola pikir orang kita yang masih terbelakang.

    Tunangan saya itu bekerja di perusahaan yang merupakan klien dari kantor tempat saya bekerja. Saat itu setelah selesai meeting, kami sekitar 8 orang sedang mengobrol santai, tiba-tiba ada wanita teman kantornya yang bercanda ke dia “are you circumcised?”. Saya lupa awal topiknya apa, yang pasti tidak ada yang ngobrol jorok disana, tapi berakhir dengan pertanyaan seperti itu. Yang lebih menjijikannya gerak geriknya yang seperti wanita murahan saat tertawa setelah bertanya. Wanita itu adalah division director, upper class, lulusan S2 US.

    Entah otak orang sekitar saya yang kotor, atau memang kepo tidak jelas.

    Like

    • Hi Ines..
      Terima kasih sudah berbagi kisah yang โ€œluar biasaโ€ ini..๐Ÿ˜‰ Maaf baru sempat balas komentar sekarang. Saya kurang lebih juga mengalami hal yang sama terutama di masa awal. Dulu saya suka kesal menghadapi hal macam ini. Tapi seiring waktu saya sadar bahwa (sayangnya) itulah salah satu hal yang dianggap lumrah oleh banyak orang Indonesia. Oleh karena itu saya menyikapi hal ini dengan lebih tenang. Saat ini saya dan suami sudah 11 tahun menikah. Pertanyaan aneh sudah jarang. Ini mungkin juga karena saya jarang sekali berbicara tentang suami atau kehidupan rumah tangga secara umum. Bahkan saya termasuk yang sangat jarang tampil di media sosial. Kalaupun ada yg bertanya, biasanya dijawab seperlunya, sesingkat dan sesopan mungkin. Sehari-hari pun entah itu di Indonesia atau di Australia, saya jarang berinteraksi dengan orang-orang karena kadang ini bikin lelah jiwa. Tapi bukan berarti saya judes dan jutek ya๐Ÿ˜€ Saya hanya ingin menyimpan energi untuk hal yang saya anggap lebih penting. Kebetulan di Australia ini saya tinggal di kota kecil, orang Indonesia sangat sedikit. Tidak seperti umumnya perantau yang cenderung mencari orang senegara, saya biasanya seadanya saja. Kalau ada pertemanan sesama orang Indonesia di perantauan ya bersyukur. Kalau tidak pun tidak masalah. Berteman dengan siapa saja yang cocok.
      Semoga rencanamu untuk menikah tahun depan lancar ya..๐Ÿ‘โค๏ธ๐Ÿ˜ƒ
      Salam,
      Emmy

      Like

Leave a comment