Awal Februari 2012 kami kembali berada di Australia. Seminggu pertama dihabiskan dengan beristirahat di rumah orang tua M, sambil memantau kondisi kesehatan mereka. Kondisi sang ayah sudah jauh membaik dan dalam status berobat jalan. Sementara sang ibu beberapa kali rawat inap di bulan tersebut. Tampaknya beliau sempat kewalahan dengan semua pemeriksaan dan terapi yang harus dijalani. Untunglah semua berjalan dengan baik, sehingga beberapa minggu kemudian bisa dilanjutkan dengan rawat jalan saja.
Kemudian kami menyiapkan semua hal terkait rencana kami untuk tinggal di Australia. M kembali bergabung dengan perusahaan di mana dia bekerja sebelum kami pindah ke Kolombia. Hanya kali ini dia ditugaskan di proyek seputar Australia, bukan di Indonesia. Saya mulai mencari info tentang jenis visa Australia yang lebih tepat untuk kondisi saya saat itu. Dan tentu saja, kami berdua mulai “hunting” rumah sewaan untuk dijadikan tempat tinggal sementara sebelum punya rumah sendiri. Waktu itu rencananya kami akan tinggal di Townsville yang berjarak 130 km dari kota tempat tinggal orang tua M. Sedikit gambaran tentang rumah mertua, ini adalah rumah yang cukup tua, mungkin hampir seratus tahun, bergaya khas rumah panggung daerah Queensland. Material utamanya kayu, berbentuk rumah panggung, atau di sana biasa disebut high setting house, yang mengingatkan saya kepada bentuk rumah-rumah tradisional di Indonesia. Ada banyak tipe high setting ini, terutama dilihat dari ketinggian “kolong”-nya (lantai dasar). Mulai dari sekitar 0.5 m yang hanya cukup untuk dijadikan gudang kecil, sampai 2.7 m yang cukup untuk dijadikan garasi atau ruang keluarga tambahan. Saat ini tak banyak rumah seperti ini yang dibangun karena harga kayu yang semakin mahal. Umumnya rumah-rumah yang berusia jauh lebih muda dibangun seperti umumnya rumah yang kita kenal, yaitu berbahan baku utama batu bata. Berikut ini penampakan rumah antik tersebut.
Kembali ke topik awal, persiapan untuk tinggal di Australia berjalan lancar meski belum sepenuhnya terwujud. Setelah beberapa minggu tinggal di rumah orang tua M, kami mulai berkemas lagi untuk pindah ke Townsville. Waktu itu belum pasti mau tinggal di mana persisnya, hanya kami sudah menandai beberapa apartemen sewaan yang akan dilihat.
Namun demikian, seperti yang sering diungkapkan; manusia berencana dan Tuhan menentukan; M dikabari bahwa dia ditugaskan lagi ke Indonesia! Persisnya ke Kalimantan Selatan, dengan tipe penugasan jangka panjang. Saya hanya melongo mendengar kabar ini. Ada sedikit kebingungan di antara kami. Bagaimana ini? Bagaimana selanjutnya?
Dan akhirnya…, setelah mempertimbangkan segala hal dengan sebaik-baiknya, kami putuskan untuk menunda rencana tinggal di Australia, dan pindah lagi ke Indonesia. Kemudian beralihlah kegiatan persiapan kami, dari plan A ke plan Z, hehehe… Dari yang tadinya mau tinggal di Australia menjadi pindah ke Indonesia. Dan “serunya”, di saat-saat terakhir di Australia, lokasi penugasan berubah (lagi). Yang tadinya Kalimantan Selatan, menjadi Kalimantan Timur, persisnya ke suatu proyek pertambangan di Sangatta, tempat di mana saya dan M pertama kali bertemu! Aha! Ajaib kan..? Di tahap ini, saya hanya bisa tercengang tiada henti..(lebay..hehehe..) Perusahaan tempat M bekerja punya banyak lokasi proyek di Indonesia, tapi kami akan pindah ke lokasi di mana semua cerita tentang saya dan M bermula. Ah.., kebetulan yang romantis.., hehehe…
Saya kabari keluarga di Indonesia tentang hal ini. Tentu mereka senang, terutama ibu saya. Meski pada dasarnya, beliau tidak masalah saya mau tinggal di mana pun. Orang tua M juga tidak masalah kami pindah lagi karena tampaknya situasi terkait kesehatan mereka pun sudah jauh lebih aman terkendali meski keduanya masih berobat jalan. Selain itu, tipe penugasan kali ini adalah Fly In Fly Out (FIFO), bukan Residencial Status (RS). Tipe FIFO ini memungkinkan kami untuk punya libur panjang setiap dua bulan. Sementara tipe RS hanya ada satu kali libur panjang setiap enam bulan atau bahkan setiap satu tahun saja. Di luar urusan libur, tiap tipe tentu punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Di post yang lain akan dijelaskan lebih rinci tentang hal ini.
Dan pada akhirnya setelah tujuh minggu berada di Australia, menjalani kehidupan “normal”, kami kembali merapat ke bandara dan memulai perjalanan pindah benua yang kedua kalinya di tahun 2012 tersebut. Benar ‘kan pernyataan saya sebelumnya “Sumpah! Mau muntah rasanya kalau disuruh naik pesawat lagi..” terbukti hanya sumpah palsu..hahaha.. Dan berhubung saat di Australia tidak sempat pindah ke tempat sendiri, apa yang kami bawa dari Kolombia, itulah yang kami bawa pindah ke Indonesia: dua koper bagasi, dua koper kabin, dan dua tas ransel.
Perjalanan dimulai dari rumah orang tua M di Charters Towers dengan mengendarai mobil sewaan selama 1.5 jam menuju bandara di Townsville. Dari sini kami terbang ke Brisbane selama 2 jam, kemudian ke Singapura selama 8 jam. Di sini kami transit beberapa hari karena M harus mengurus dokumen visa di Kedutaan Indonesia di Singapura sebelum memasuki wilayah Indonesia. Kembali berada di bandara Changi dan Singapura setelah satu tahun tak pernah ke situ rasanya luar biasa sekali. Maklum, bandara di Amerika Selatan yang pernah saya datangi tidak ada yang seperti di Singapura.
Setelah dokumen selesai, dari Singapura kami terbang ke Balikpapan selama 2.5 jam, transit satu hari di sini. Seperti mimpi rasanya berada di Balikpapan lagi. Besoknya kami terbang ke Sangatta dengan pesawat mungil Twin Otter yang hanya memiliki 22 tempat duduk. Ini penerbangan selama 50 menit saja, pesawatnya sendiri adalah milik maskapai penerbangan charter Airfast Indonesia. Saya jadi ingat pertama kali naik pesawat ini saat pindah kerja dari Tangerang/Jakarta ke Sangatta, pindah ke perusahaan pertambangan di Sangatta. Dan ketika tiba di Sangatta, kami pun ditempatkan di kompleks perumahan yang sama seperti dulu ketika masih tinggal dan bekerja di Sangatta. Saya dan M hanya bisa saling berpandangan sambil tersenyum takjub. Perputaran nasib kami tampaknya cukup ajaib, setidaknya menurut saya..
Jadi intinya, perjalanan dari Australia ke Indonesia kali ini berasa kuat aroma nostalgianya. Ada sedikit momen sentimentil mengingat seperti apa kami berawal mula. Ditambah lagi, ini adalah pindah benua yang kedua kalinya dalam rentang waktu kurang dari dua bulan. Dan kami berdua sangat menikmati setiap detik dari petualangan ini..hehehe..
Demikianlah, kami kembali ke titik awal..
Selamat datang (lagi..) ke Sangatta, Kalimantan Timur…
Bersambung…
Lagi lagi lagi laggiii (ceritanya lagi maksudnya :D)
LikeLike
Hahaha😄 Ke heula lieur ku neangan foto euy.., maklum flashback.., jadi ngubek-ngubek album nu geus pindah external memory sabaraha kali tea..😫
LikeLike
hahah 😀
LikeLike
Ya ampunnnn bisa gitu ya. Balik lagi ke tempat awal. Pasti reaksiku sama. Senyum2 dan saling tatap :)))
And I’ve been to Sangatta mba. Singgah nginep tempat tante semalam saja. Ahhh kota kecil yg menyenangkan. Aku teringat film Dawson’s Creek…ketemu di sebuah pusat belanja *bukan mall bukan pasar, lupa namanya apa* eh saling menyapa lah itu orang2. Saling kenal nampaknya satu kota itu. :))
Jalan2 juga tuh liat pertambangan malam2 dari atas bukit. :))))
LikeLiked by 1 person
Wah saling cengar cengir cengengesan geli gimanaaaa gitu kita..😝
Eh kapan dirimu ke Sangatta..? Jangan-jangan aku kenal tantemu itu.. Iya emang ini kota kecil banget lingkup sosialnya.., jadi berasa kenal semua orang.. Lihat pertambangan atau pelabuhannya di malam hari itu memang asiiikk banget view-nya..
LikeLike
Sekitar tahun 2004 mungkin itu mba. Aku abis perkemahan di daerah Balikpapan, trus naik travel sendirian ke Sangatta. Gileee nekat tuh kalo dipikir2. Masih inget banget jalannya naik turun naik turun ga berkesudahan..hihihi…
Suaminya tanteku Pendeta dan sedang ditempatkan di sana mba..
LikeLike
Wah emang nekat itu Jo..! Aku juga lumayan sering naik travel itu, terutama dulu waktu masih ngantor.. Bussseettt..itu jalan kagak ada lurus dan ratanya.. Sampe sekarang masih loh kayak gitu..
Aku gak punya kenalan pendeta di Sangatta, tapi kalo dirunut-runut, pasti deh aku punya banyak teman di sana yg kenal tantemu dan suaminya itu.. Maklum kota kecil bangettss..hehehe..
LikeLike
Nostalgiaaaaaaaaa
LikeLike
Hahaha..😝 Persis demikian adanya..😉
LikeLike
Ihiiiiy.. Lope lope di udaraaa…
LikeLike
Ehemm…😉 Jangan berisik ah.., ada yg lagi bernostalgia neh..😝
LikeLike
Perlu dibantuin ditimpuk batu gak Mbak Em? Hihihi..
LikeLike
Ah jangan pake batu.., pake duit aja.. Lho..? Keenakan yg ditimpuk kali ye..hahaha
LikeLike
Wah kalau ditimpukin uang, sini uangnya… Hahahaha…. Sayang atuh itu uang. Kalau uang monopoli bolehlah… Bergepok-gepok pun bakal ditimpukin…
LikeLike
Iya uang monopoli maksudnya..hehehe..
LikeLike
Begitulah nasib expat…. kita tinggal dimana pekerjaan itu memanggil….
LikeLike
Ya.., betul sekali, ibu Nina..😄 Makanya aku suka mikir kalo expats tuh versi modern dari kehidupan nomaden..
LikeLiked by 2 people
Betul…..
LikeLike
itu batubara kan kak?
LikeLike
Iya.. Itu area penyimpanan sementara, biasa disebut stockpile, sebelum diangkut ke luar Sangatta pake kapal tongkang. Waktu masih kerja, kantorku di depan stockpile ini, di salah satu bangunan yg berjejer itu..
LikeLike
mirip istialh di semen juga yah kak.. di semen juga ada stockpile penyimpanan batuabara karena salah satu bahan bakar untuk semen
LikeLike
Oh baru tau kalo bikin semen ada proses yg perlu energi juga..
LikeLike
iya mbak, prinsip simplenya giling bakar giling
LikeLike
Wah sweet ceritanya hehe. Selamat datang di Kalimantan *pdhl aku blom pernah kesana*
LikeLike
Hehehe..makasih, Aiko.. Coba aja kalo gitu sesekali ke Kalimantan.., setidaknya ke Balikpapan yg paling maju kalo menurutku..
LikeLike
Iya kebetulan ada sodara di balikpapan kapan2 mau berkunjung 😀 denger2 bersih banget yaa
LikeLike
Oh ya.. Balikpapan salah satu kota paling bersih dan rapi di Indonesia.. Sementara anehnya tetangganya, Samarinda, semrawut dan kotor.. Padahal yg ibukota provinsi tuh Samarinda..
LikeLike
Hebat banget brati orang balik papan jaga kebersihannya hehe
LikeLike
Emang hebat.. Jakarta aja kalah kalo menurut saya..
LikeLike
Semoga bisa di tiru suatu hari biar gak banjir2 terus gini 😦
LikeLike
Hehehe ada yg terjebak banjir ya.. Semoga kamu sudah berada di tempat aman ya..
LikeLike
liat di tv aja mbak dari tadi kesian huhu. Aku milih dirumah aja :p
LikeLike
Oh baguslah kalo lagi di rumah… Baca status orang di media sosial kayaknya ribet banget jadi orang Jakarta hari ini..😁
LikeLike
iya kasian yg pulang kerja deh
LikeLiked by 1 person
Wah seru bgt ya? Banyak kejutannya jd hidup kalian lebih berwarna. Btw rmh mertua keren dan antik ya. Suka deh..
LikeLike
Hahaha..makasih udah dibilang seru.. Iya rumah mertuaku itu emang bisa dibilang antik karena jaman sekarang udah jarang banget yg ngebangun rumah model gitu di sana.., terutama karena harga kayu yg udah makin mahal aja.. Rumah jaman sekarang sih di sana biasa aja kayak di kita, pake batu bata..
LikeLike
Rumahnya gede banget mbaaakk kerren gimana ngbersihinnya? Aku dah encok kali 🙂
LikeLike
Kalo di sana terutama di daerah pedesaan, itu rumah ukuran standar.. Dan boleh percaya boleh tidak, mertuaku (usia 75 dan 70) bersihin sendiri.. Pas dua-duanya lagi sakit sempat dibersihin sama domestic helper panggilan, seminggu sekali.., ini inisiatif suamiku.. Itu pun bapak/ibu mertua agak protes katanya mereka juga masih kuat koq bersihin.. Astaga..! Jadi malu sendiri gak sih, apalagi kalo inget budaya pembantu di negara kita..hehehe
LikeLiked by 1 person
aku senyum2 baca ini. Seru yaaa. You’ll never know what will happen next. It’s a surprise. Seru banget itu pindahan kesana kemari. Aku kok yaa kangen yaa pindah2 gini karena sudah terbiasa dari kecil ngintil papah hehehe
LikeLike
Glad to know that my story made you smile..:-) Bener banget, Jeng.. Gak ada yang tau apa yg akan terjadi di masa depan, meski itu hanya 1 detik dari sekarang..
LikeLike
Muter2 akhirnya balik ke asal juga ya… haha
LikeLike
Iya Va.. Ntar deh ada episode yg ketemu lagi sama temen-temen kantor di Sangatta yg tercengang lihat diriku udah nangkring aja lagi di situ.. Duh makin cengar-cengir lah diriku..hahaha
LikeLike
Cie…nostalgia namanya haha.
btw rumahnya itu mirip rumah2 di Sumatera ya 🙂 rumah panggung, tapi biasanya dibawah kosong melompong sih
LikeLike
Ssssttt..jangan diganggu ah yang lagi terkenang-kenang..hahaha..
Rumah panggungnya ini emang mirip rumah panggung tradisional di beberapa daerah di Indonesia.. Entah siapa yg mengilhami siapa.. Yang di Australia ada juga yg bawahnya kosong melompong gitu..
LikeLike
Wah bener bener, you’ll never know where life will take you 🙂
LikeLiked by 1 person
So true! Been there, done that.. Couldn’t agree more..
LikeLiked by 1 person
Teh em, ak lg baca serial nya hihihi
LikeLike
Semoga artinya “hihihi”-mu itu pertanda bagus ya..hahaha.. Makasih udah mampir..
LikeLike
Hihihi kayak seru bgt gt teh. Ni lg sampe episod 20 teh 😁
LikeLike
Hahaha..syukurlah kalo gitu.. Makasih banyak udah meluangkan waktu buat baca ocehan saya..hehehe..
LikeLike
Bagaimana rasanya naik pesawat sekecil itu? 😀
LikeLike
Rasanya seperti naik angkot terbang yang berisik sehingga telinga harus selalu disumpal dengan earplug selama penerbangan, supaya gak jadi budek setelahnya..hehehe..
LikeLike
Berasa romantisnya ya mbak kalau bisa balik lagi ke tempat pertama kali ketemu..
Trus liat rumah panggung di oz jadi tambah pengen kesanaa…..
btw, aku selalu nunggu2 blog update nya mba Emy niihh…. 🙂
LikeLiked by 1 person
Iya romantis gimana gitu..😍 Rumah panggung itu emang keren dan antik banget! Jadi ingat waktu kecil pernah tinggal di rumah panggung juga.. Ah nostalgia lagi deh 😀
Btw, makasih banyak udah setia baca serialku😀 Jadi malu nih agak males update belakangan ini..
LikeLike
Ciyeee,, Nostalgia bareng M di Sangatta neh ! 😀 .. dulu pernah jalan ke Sangatta , soalnya banyak keluarga juga di Kaltim..
LikeLike
Ya begitulah kira-kira.. Pernah ke Sangatta tahun berapa? Kalo sekarang udah makin banyak toko.. Makasih udah mampir..
LikeLike
mbak, kalau airfast itu pake ditimbang dulu ngga berat badannya? hehe,, disini kalo mau naik pesawat kecil itu ditimbang dulu beratnya X_X
oh ya barang pindahannya minimalis ya mbak, ga kebayang saatnya aku pindah2an nanti barangnya bakal sebanyak apa
LikeLike
Oh ya ditimbang.. Pesawat kecil kayak Twin Otter itu emang lumayan sensitif sama berat.. Bikin minder aja kalo pas lagi punya berat badan besar..😝😝😝
Soal barang pindahan yg minimalis, suami emang sangat disiplin soal ini, dia paling anti kalo harus ribet di bandara gara-gara kelebihan berat barang.. Apalagi kalo penerbangan internasional.. Dan aku jadi kebawa disiplin..😄
LikeLike
ah saya harus belajar ni buat light travelling, jangankan pindahan..pergi beberapa hari aja kadang repot sama bawaan -_-
LikeLike
Hahaha..itu sih diriku 10 tahun yg lalu.. Kebanyakan kuatirnya daripada rasionalnya kalo packing buat bepergian.., jadinya bawa banyak barang yg gak perlu..
LikeLike
ahh lama ga mampir..kangen ceritanya*sambil makan siang blogwalking*
LikeLiked by 1 person
Hehehe..makasih udah nyempetin mampir.. Jadi agak malu soalnya aku nge-blognya makin males..😁
LikeLike
Ngeblog lagi dong Mbak… Kangen juga sama ceritanya…
LikeLike
Ini juga nge-blog..sebulan sekali..hahaha.. Ntar deh kalo banyak waktu luang pasti banyak postingannya juga..
LikeLiked by 1 person
SIIIPPPP!!!! Yang di sini bakal setia menunggu… @-@ I will always stay tune!
LikeLike
Hehehe..makasih banyak ya sudah setia menanti..:-)
LikeLiked by 1 person
“Dimulai dari 0, ya,” kata mbak-mbak di pom bensin.
😀
Seru amat mbak ceritanya… Walaupun perjalanan panjang, capek, dan repot ngurus ini-itu setidaknya ada kesenangan kecil juga ya hihi ^^
LikeLike
Hahaha…iya kayak di pom bensin.. Seru dan berkesan untuk dikenang.. Makanya aku bikin blog, biar sempat ditulis sebelum lupa..
LikeLiked by 1 person
Maaf telat ngabarin ya Mbak. But your post card had arrived! Makasih ya mbak!
LikeLike
Sama-sama..:-) Semoga kamu suka kartu posnya..
LikeLike
Suka!!! Suka banget… Informatif banget yang satunya… Dan satunya lagi padat banget nampaknya, namun tetap tertata rapi… Jadi kesannya wah begitu Mbak Em…! Melebihi susunan gedung pencakar bukitnya Hongkong deh!
LikeLiked by 1 person
Ahh..baguslah kalo suka dan bermanfaat nambah pengetahuan ya..
LikeLiked by 1 person
Kapan-kapan kirim lagi ya Mbak… Hehehehe… 😀 😛 Kabur sebelum Mbak Em ngamuk, ntar ditimpukin lagi…
LikeLike
Hehehe..buatku sih kalo sikon-nya memang mendukung pasti dikirimi lagi..:-)
LikeLiked by 1 person
Suka rumah mertuanya…. 🙂
Batu bara kalimantan bener2 ‘disukai’ banyak negara yaa.. 🙂
LikeLike
Rumah mertuaku memang antik..:-) Batu bara dari mana pun kayaknya disukai banyak negara karena lebih murah daripada minyak bumi.. Cuma kalo mengolahnya tidak benar bisa jadi polusi udara yg parah..
LikeLike
seru perjalanan balik ke kalimantan, hehe… Niat mau balik ke ostrali demi orangtua suami, eh terdampar lagi di kalimantan yaa… 🙂
LikeLiked by 1 person
Yah begitulah jalan hidup.. Terutama jalan hidupku sejak 7 tahun terakhir.., banyak kejutannya..hahaha..
LikeLike
Baguuuss…. banyak kejutannya…. banyak iramanya… penuh dinamika… Daripada hidup monoton, hayooo…
LikeLike
Ya bener banget, makanya pernah waktu ada yg tanya apa aku pernah merasa bosan.., kujawab: kayaknya gak deh..hahaha😄
LikeLike
Nah itu diaa… kejutan2 itu yang bikin hidup jadi hiduo kan yaaa… 🙂
LikeLiked by 1 person
Waaah, Kalimantan Timur. Sangatta. Terkenal tambang batubaranya, ya kan mbak? 😀
LikeLike
Ya betul.., batubara.. Sebetulnya ada minyak juga tapi mungkin gak sebanyak di Balikpapan..
LikeLike
Akhirnya tamat juga ngebaca semua cerita Mbak Em ini…Ditunggu cerita-cerita seru berikutnya ya 🙂
LikeLiked by 1 person
Ha..?? Maksudnya tamat baca dari episode 001 kah? Kalo iya.., aduh jadi tersanjung diriku.. Makasih banyak udah nyempetin mampir dan baca-baca..:-)
LikeLiked by 1 person
Yuppp, from the 001 episode (^-^)
LikeLike
Ya ampyuuuunnnn 😂 beneran deh jadi terharu.. Sekali lagi makasih banyak ya..👍Ceritanya masih berkelanjutan koq.. So, stay tuned 😃
LikeLike
Wow, balik lagi ke titik awal kalian bertemu….. kayak full circle ya…. Dirimu sekarang dimanakah lokasinya? masih di Kaltim? Hidup memang kadang aneh….kita sering ngga tahu akan dibawa kemana…. Ehm, kalau ini talking to myself too 🙂
LikeLike
Ya gitu deh Fel.. Muter-muter kayak infinity line hahaha.. Sekarang masih bolak balik Indonesia-Australia.. Wah pastinya dirimu juga hidupnya penuh kejutan ya.. Semoga lebih banyak kejutan yg menyenangkannya..
LikeLike
Mb Em kok aku baru baca sih postingan yang ini?ketinggalan banget deh,hehe, ini juga mampir ke blognya mb Em karena mbatin kok gak ada updatean terbaru yah darimu eh ternyata bener nih aku kelewat postingan yang ini,hehe
sekarang mau comment : itu rumah orang tuanya M mirim sama bbrp rumah adat di indonesia ya, bagus dan gede banget rumahnya 🙂
pindah (lagi) ke tempat yang banyak kenangan jadi bernostalgia, ih aku jadi ingat jogja nih tempat pertama kali bertemu dengan suami 😀
LikeLiked by 1 person
Hahaha..😄tak cuma dirimu yg ketinggalan.. Aku sendiri emang lagi sibuk banget di dunia nyata, jadi makin jarang punya waktu untuk menulis.
Rumah mertuaku itu memang antik dan mirip rumah panggung di Indonesia, entah siapa yg mengilhami siapa. Kalo di Australia, itu khas negara bagian Queensland, setahuku di negara bagian lainnya tidak seperti itu..
Loh jadi kalian pertama ketemu di jogja toh? Kirain di Ternate..
LikeLike
ketemu pertama di jogja, karena aku dulu kuliah di jogja,kalau di ternate sih gak mungkin,jarang ada bulenya disana,hehe
ternyata mb Em lagi sibuk, ya sudah kalau begitu tetap semangat mb.ditunggu kelanjutan postingan berikutnya,soalnya q penasaran macam ceria film aja 😀
LikeLiked by 1 person
Teteh, salam kenal.Ini hampir seminggu baca dulu semua flashback baru komen hehe.
Saya pernah 3 tahunan kerja di Balikpapan, sempet juga tuh main ke Sangatta, sempet camping camping juga..makanya bisa ngerasaiin gimana susahnya Teteh musti naik mobil ke Samarinda PP hehe
Enjoy Sangatta ya Teh..keep update
LikeLike
Hai salam kenal juga.. Makasih banyak udah mampir dan baca-baca.. Jadi malu nih lagi jarang update.. Tapi ceritanya masih bersambung banyak loh..😄 Dan oohhh senangnya nemu pembaca yg pernah ngerasain trayek Balikpapan – Samarinda – Sangatta.. Berasa ada temen senasib meski sekarang dirimu gak lagi di situ ya.. Enjoy Sangatta? Tentu dong..hahaha..😄 Salam..
LikeLike
Hai mba emmy, salam kenal ya. Kebetulan bru mulai kemarin sya ketemu sm blog ini & hri ini udh tuntas sya baca 😁…..ngomong2 mslh Sangatta, kebetulan suami sya kerja di sangatta,mba. Tp aslinya sih kami dari Samarinda. Tiap weekend pasti PP samarinda-sangatta, jd udh hapal banget itu jalur jalan nya yg “mulus lancar jaya” itu 😂 ….sampe sekarang masih di sangatta,mba?
LikeLiked by 1 person
Hai Ika.. Salam kenal juga.. Makasih udah mampir ke blog saya.. Wah ternyata penikmat jalur Sangatta-Samarinda juga ya😄 Suami saya masih kerja di Sangatta, saya biasanya bolak-balik Sangatta ke Jawa Barat, nengok ortu. Pertama kali lewat darat (biasanya naik pesawat) Sangatta-Samarinda waktu awal 2009 naik travel. Saya benar-benar kaget dengan kondisi jalan, terutama jalur Sangatta-Bontang..😁 Tapi sejak itu saya malah makin sering ke Samarinda atau Balikpapan via darat, karena naik pesawat ongkosnya sekitar 6x lipat dari ongkos travel😄 Tapi kalo lagi ada urusan penting sih saya naik pesawat juga terutama utk jalur Sangatta-Balikpapan..
LikeLike
seneng mbk baca tulisannya 🙂
enak ya mbk bisa ngerasain hidup di negara orang australi terus kolombia banyak temen jadiny
salam knl ^_^
LikeLiked by 1 person
Hai, Oktavia.. Salam kenal juga, terima kasih sudah mampir ke blog saya.. Bagi saya, tinggal di mana pun pasti ada enak dan gak enaknya.. Hanya, semakin sering kita berpindah tempat, semakin kaya pengalaman hidup yg didapat.. Ini adalah sesuatu yg sulit tergantikan oleh hal duniawi lainnya..😀
LikeLiked by 1 person
wah saya ketinggalan kisah ini…………….maklum sok sibuk ehhee mana kelanjutannya?
LikeLike
Hadeuuuuhhh…😫 Itu dia.., bawaanku ngantuk melulu tiap kali mau beresin draft tulisan..😴 Tapi tenang.., pasti dilanjut koq..😃
LikeLike
Waah… bener2 balik ke titik awal nih… What a nice surprise.
LikeLike
Hehehe😄begitulah, sodara-sodara.. Hidup memang penuh dengan kejutan.. Makasih sudah mampir..
LikeLike
Wah saya ketinggalan cerita nih…. 😀
Asa kumaha euy Sengatta ayeuna… ?
Masih tetap debu, jalan berlubang dan buaya…
LikeLike
Gak apa-apa ketinggalan, yg penting sempet mampir.. Wah Sangatta tambah rame, aya mall plus KFC di lebetna. Sakedap deui aya Starbucks jigana😝 Jalan nya kitu tea lah😁 Buaya masih resep ka jalmi. Berapa bulan lalu ada orang yg diserang/ditelan buaya..
LikeLiked by 1 person
Terakhir agustus 2013 ke Sengatta. Wah, nambah serem eung….
LikeLike
Soal buaya itu, mungkin karena makin lama makin banyak manusia di Sangatta, jadi kemungkinan bersinggungan dengan buaya atau kehidupan alam liar lainnya semakin tinggi. Berapa waktu lalu saya juga denger ada pemburu buaya tradisional yg disewa oleh orang tua yg anaknya (5 tahun) diseret dan ditelan buaya. Setelah berburu sekian lama, membunuh 6 buaya utk dilihat isi perutnya, baru di buaya yg ke-7 mereka menemukan jasad si anak tsb..
LikeLike
Jadi kasihan juga saya ke 6 buaya tersebut. Padahal sebenarnya manusia yang mengganggu ekosistem mereka
LikeLike
Yah begitulah.., gesekan persaingan hidup yg nyaris tak mungkin dihindari..
LikeLike
kaka tulisannya berikutnya mana
LikeLike
Aiihh..dek Winny…jadi malu neh ditanyain sambungannya.. Dua bulan ini lagi sibuk banget di dunia nyata.. Semoga April ini bisa segera tayang episode selanjutnya.. Ditunggu aja ya Neng..:-)
LikeLike
ditunggu hahaa
LikeLiked by 1 person
haloo mba em salam kenal yaa 😀
wah rumah camerku di aussie juga modelnya mirip2 kaya gitu. umurnya juga udah di atas 100 tahun dan lucunya klo mereka pindahan itu rumah yang dibawa means bener2 rumah diangkat, ditaro di dalem mobil angkut segede bagong dan dipindahin ke lokasi lain… aku baru denger ada pindahan macam itu soalnya di indo kan rata2 rumah dari semen ama bata, gimanya ngangkutny udah nyatu ama pondasi hahahaha
LikeLike
Halo Sya.. Salam kenal juga.. Makasih banyak udah mampir dan follow blog saya.. Soal pindah rumah, saya juga pernah lihat di jalan (di daerah Queensland) ada truk mengangkut bagian-bagian rumah. Kata suamiku, itu lagi pindah rumah, nanti setelah nyampe lokasi, potongan rumah itu disambungkan sehingga membentuk rumah yg dimau.. Hahaha..saya sampe bengong dan akhirnya ngakak abis..
LikeLiked by 1 person
Pingback: Eventually “out”… | Crossing Borders