(048) Belok kiri atau belok kanan…?

Entah apa yang mengilhami (atau merasuki..?) M sehingga dia mendadak punya ide berlibur ke Paris, tapi katanya dia selalu terobsesi dengan menara Eiffel, obsesi romantis sekaligus obsesi teknis. Dia “terbius” dengan kesan romantis yang dimunculkan menara tersebut (kebanyakan menonton film Hollywood nih..) dan juga mengagumi aspek struktural/teknisnya (maklum “mekanik keliling”..). Saya sebetulnya senang juga dengan ide tersebut karena meskipun kami berdua sering mondar-mandir bepergian naik pesawat antar negara bahkan antar benua, tetapi semua itu umumnya adalah perjalanan pulang kampung atau perjalanan menuju tempat kerja, bukan berwisata. Saat itu terakhir kali kami benar-benar melakukan perjalanan wisata adalah di tahun 2010 ke Hongkong dan Macau. Lagipula.., siapa yang tidak ingin “ngebolang” lagi, apalagi ini suami sendiri yang mengajak..hehehe..
Namun demikian, seperti biasa sebagai pemegang paspor hijau, hal yang pertama muncul di kepala ketika ide bepergian ke luar negeri tercetus adalah urusan visa. Apalagi selain ke Paris, M juga ingin sekalian melihat tanah leluhurnya: Skotlandia (pihak ayah) dan Inggris (pihak ibu). Dari sini sudah terbayang ‘kan berapa visa yang harus diajukan. Dua: UK visa dan Schengen countries visa. Hal kedua adalah kondisi keuangan. Sebagai salah satu pembuat keputusan keuangan (ehemmm..istilahnya..hehehe..) di keluarga beranggotakan dua orang ini (saya dan M maksudnya), saya juga harus turut memastikan bahwa setiap keputusan keuangan tidak akan berdampak negatif terhadap kelangsungan perekonomian keluarga. Terdengar sangat serius tapi menurut kami ini sangat penting. Masalah keuangan keluarga yang dibiarkan berlarut-larut dan tidak ditangani dengan baik dapat mengarah ke perpecahan.. Iiihhh…amit-amit…! Dan yang terakhir, jika dua aspek di atas OK misalnya, jangka waktu untuk mengurus liburan ini, apakah tersedia waktu yang cukup untuk menyiapkan semuanya? Rencananya kami akan berangkat di bulan Juni 2012 langsung dari Balikpapan transit Singapura, sementara saat itu sudah awal Mei 2012.
Dan begitulah, tiga hal tersebut di atas menjadi topik diskusi di antara kami berdua sepanjang liburan di Cianjur itu. Kemudian tak terasa masa libur M selesai. Kami kembali ke Sangatta. Perjalanan dimulai jam 6 pagi, naik mobil diantar sopir ke bandara Soekarno-Hatta, Jika sedang beruntung, jarak Cianjur-Bandara Soekarno Hatta Jakarta ditempuh selama 2.5 jam. Tapi jika sedang sial bisa jadi 5 jam untuk jarak +/- 140 km saja. Kemudian ambil penerbangan Garuda siang hari, tiba di bandara Sepinggan Balikpapan sore, tetapi tidak bisa langsung pergi ke Sangatta karena jadwal terbang ke sana hanya pagi hari jam 9 dari Balikpapan. Karena itu kami transit semalam di Balikpapan. Sebetulnya bisa saja di hari yang sama kami berangkat ke Sangatta lewat darat, tetapi waktu tempuhnya sekitar 8 jam dengan kondisi jalan yang tidak semuanya bagus, sementara lewat udara sekitar 50 menit saja.
Sesampainya di Sangatta saya kembali melakukan riset dan studi kelayakan untuk perjalanan ini. Kesannya lebay.., tapi kami berdua ini memang tipe realistic planner alias sersan (serius tapi santai), bisa fleksibel tapi tidak suka jika ada terlalu banyak kejutan menyebalkan di perjalanan. Kami sadar ada hal-hal di luar kuasa kita, namun tidak ada salahnya berusaha meminimalkan potensi kejadian buruk. Makanya kami lebih baik repot di awal, mencari informasi selengkapnya, meski sering pusing sendiri juga..hahaha.. Dan setelah baca sana sini, akhirnya saya berkesimpulan: kondisi keuangan lumayan aman, pengurusan visa lumayan ribet tapi bolehlah diusahakan, dan ini dia berita buruknya: jangka waktu yang mepet. Menurut perhitungan saya, jika semua visa disetujui dalam waktu minimal, maka paspor akan saya terima hanya beberapa hari sebelum keberangkatan. Perlu diingat, waktu itu hanya ada waktu kira-kira sebulan sementara ada 2 visa yang harus diurus dengan menggunakan paspor secara bergantian. Belum lagi lokasi saya yang sedang berada di Sangatta, kedua visa ini memerlukan kehadiran sang pelamar visa di kantor terkait di Jakarta untuk biometric scan.
Di saat yang sama kebetulan Santi, salah satu teman dekat saya, seorang insinyur sipil, kolega di tempat kerja di Sangatta, sedang merencanakan liburan musim gugur di Amerika Serikat, mungkin di sekitar Oktober-November. Saat itu dia juga sedang sibuk dengan urusan visa US ini. Dia kerepotan mengatur waktu wawancara di Kedutaan di Jakarta yang harus disesuaikan dengan jadwal roster/liburnya. Akhirnya kami jadi saling curhat soal visa dan liburan ini. Dia bilang, dari dulu sebetulnya sudah banyak teman lainnya yang mengajak liburan bersama ke Eropa, tapi Santi selalu merasa “muak” duluan dengan urusan visanya hingga sampai saat itu tak pernah kejadian pergi ke Eropa..
Akhirnya saya kasih tahu M soal ini, termasuk curhatan saya dengan Santi sebagai sesama pemegang paspor hijau yang tak pernah lepas dari rasa “deg-degan” ketika dalam situasi seperti ini. Dan saya juga bilang, kalau seandainya tujuan kami ini ke Amerika Serikat (seperti Santi), berangkat besoknya pun bisa, karena saya ‘kan memang sudah punya US visa saat itu. Memundurkan jadwal liburan juga tidak mungkin karena di jatah liburan setelah Juni kami harus berada di Indonesia dan Australia karena beberapa urusan.
Dan…, tak disangka tak diduga.., setelah mendengarkan seluruh “hasil riset” saya, dia bilang: “Well, let’s turn right then..”
Saya hanya bisa melongo: “What do you mean turn right..?”
M : “Let’s do the US trip instead. That’s in our wish list too, right..? I always want to see Liberty Statue, Niagara Falls, Grand Canyon, and Las Vegas.. We can do the Europe trip some other times..”
Saya : “Are you serious..?”
M : “ Yes.. Don’t you want to visit the US too..?”
Saya : “Yes..of course.. I always want to visit Los Angeles and New York City..”
M, dengan muka sumringah : “Well then let’s go there..!”
Dan begitulah.., dengan simpelnya kami berubah tujuan..hahaha.. Tadinya mau belok kiri (Eropa), jadi belok kanan (Amerika). Kalau lihat di peta ‘kan begitu jika kita berangkat dari Indonesia.
Akhirnya persiapannya pun berubah jadi perjalanan ke Amrik yang tentu lebih ringan karena saya sudah punya US visa, sedangkan M hanya perlu mengajukan ESTA (Electronic System for Travel Authorization) secara online, seminggu pun jadi. Dulu waktu mengajukan US visa itu, tujuan awalnya sebetulnya hanya untuk transit jika dapat penerbangan mudik cuti tahunan Kolombia-Australia yang mampir dulu di wilayah Amerika Serikat. Tapi berhubung kami langsung pulang kampung setelah setahun di Kolombia sehingga memakai tiket pulang yang sama dengan tiket berangkat, maka kami tidak jadi transit di wilayah Amerika Serikat. Selama di Kolombia pun kami tak sempat berkunjung ke sana, padahal kota Miami, Florida hanya berjarak 2 jam penerbangan dari Barranquilla, kota tempat kami tinggal di Kolombia.
So.., Uncle Sam.., here we come….!!!

Bersambung…

51 thoughts on “(048) Belok kiri atau belok kanan…?

  1. beda ama fikiran tokoh, saya selalu beranggapan bukan masalah tempat nya romantis apa kagak, tapi orang nya yang pergi bersama kita itu loh yang nentuin banget..

    Like

  2. cihuy jadinya ke amerikaah! saya pengen juga ke iih NY, ngidam pengen liat Time Square..padahal bedanya apa yah sama perempatan di jakarta?! hahahha

    Like

    • Hahaha..iya Beb.. Alhamdulillah banget.. Tadinya saya pikir si M mau bilang..: “Ya udah tahun depan aja ke Paris-nya..” Tapi rupanya dia gak kalah ngebet “ngebolang” dengan diriku..hihihi..

      Like

    • Hahaha.., M itu kalo diukur berdasarkan romantisme ala film Hollywood (kirim bunga, candle light dinner, ngelamar sambil berlutut, dll..) sama sekali tidak romantis.. Tapi saya tidak keberatan, karena dia romantis dengan caranya sendiri..ehemm..hehehe..

      Liked by 1 person

  3. hayyo yang pernah ke amerika serikat sebenarnya ada apa ya di Manhattan? (saya juga googling nih) soalnya saya koq dari dulu pengen ke Manhattan gara-gara grup Mahattan transfer saya suka lagunya trus nyebut Man-hat-tan kayaknya enak didengar telinga. kece ih mbak bisa langsung muter haluan dari kiri ke kanan 🙂

    Liked by 1 person

    • Ada banyak orang dari berbagai etnis di Manhattan.., jadi aku gak berasa orang asing..😄 Oh ya aku suka juga tuh sama Manhattan Transfer.. Dan begitulah si M, orangnya pendiam tapi sekalinya punya ide bikin terkaget-kaget, untunglah kaget yg menyenangkan..😄

      Like

  4. Nasib paspor hijau, mau ke kanan atau ke kiri pasti sama-sama ribet ya mbak.. Hehe 😛
    Jadi pengen belok kanan jugaa 😀

    Like

    • Hai Afi, salam kenal. Makasih udah mampir dan follow blog saya..😃 Pemegang paspor hijau yg hobi traveling atau harus bepergian ke luar negeri memang punya tantangan tersendiri..😉 Harus punya ekstra kesabaran..😄

      Like

  5. Aaa, di posting sebelumnya pengen komen ditunggu ceritanya di Paris ya, Mbak…Tapi ditahan dulu karena mau baca postingan ini 🙂 Jadi sekarang aku komennya ditunggu cerita di rumahnya Uncle Sam ya, Mbak 🙂

    Like

  6. aih asik bener yah kalo punya liburan panjang2 dan suami yg sesama hobby ngebolang 😀
    ikutan ga sabar nunggu cerita2 liburan US, dan apakah skrg udah kecoret Paris dari wishlist nya? hihi

    Liked by 1 person

  7. Pingback: (049) Hello, Lady Liberty.. | Crossing Borders

Leave a comment