Terbalik..

 

Beberapa waktu yang lalu saya kumpul-kumpul dengan ibu-ibu yang kebetulan masuk kategori mahmud abas (mamah muda anak baru satu). Sejak punya anak, ini jadi salah satu hal yang kadang saya lakukan. Sebetulnya ada yang kurang pas jika ibu baru seperti saya dimasukkan ke kategori ini karena umur saya tidak semuda mereka. Kemudian karena hal ini saya jadi berpikir, koq terbalik ya..

Maksudnya begini.. Dulu waktu saya masih “kuli”, terutama di tahun-tahun awal, saya lebih sering berinteraksi dengan orang-orang yang umurnya 10-20 tahun lebih tua. Apalagi di dunia kerja ini, saya kemudian dipercaya untuk jadi pimpinan ketika umur saya masih 20an, sementara para kolega di jabatan yang sama umumnya berumur 30an ke atas. Dan karena karier yang melesat ini, penghasilan saya juga lumayan bertambah , sehingga mampu beli rumah dengan penghasilan sendiri sebelum saya berusia 30 tahun. Menjadi pemilik rumah ternyata membuat interaksi saya dengan generasi yang lebih senior makin intensif karena umumnya mereka tahu lebih banyak tentang urusan rumah, mulai dari dokumennya sampai cara mengurusnya.

Kedengarannya semua menyenangkan: lajang, usia muda, karier bagus, mapan, dan sebagainya. Tapi seperti biasa, tantangannya juga ada, lebih karena usia muda itu sih. Jadi kadang saya tidak “dianggap serius” karena mereka pikir saya cuma anak kemarin sore. Apalagi dunia kerja ternyata kadang bisa sexist juga (sexist ya, bukan sexy, sexist ini artinya kira-kira menilai seseorang lebih karena jendernya, jenis kelaminnya). Di awal-awal saya menjabat, saya benar-benar dipandang sebelah mata karena departemen yang saya pimpin itu membawahi unit personnel/HR, security, dan external affair yang entah kenapa identik dengan kepemimpinan seorang pria senior. Kebetulan di tempat saya kerja ini, selalu pria senior yang jadi pimpinan departemen ini sebelumnya. Tapi untungnya saya bisa meyakinkan dan membuktikan bahwa kompetensi saya cocok untuk posisi tersebut. Jender dan senioritas tidak ada kaitannya di sini.

Nah.., singkat cerita, sampailah saya di masa sekarang dengan kondisi: umur 40an, tidak lagi bekerja di dunia korporasi, seorang istri, dan baru saja menjadi ibu. Jika dibandingkan dengan kondisi dan gaya hidup saya di umur 20an, banyak sekali perubahan yang terjadi. Bagian “baru saja menjadi ibu” ini yang akan dibahas di tulisan ini.

Sejak hamil, kemudian melahirkan, dan sekarang membesarkan anak bayi, pastinya saya jadi sering berinteraksi dengan orang atau perempuan seperti saya, perempuan dalam masa reproduksi. Bedanya, mereka itu umumnya baru berumur 20an, paling tua awal 30. Di klinik, di toko perlengkapan bayi, di tempat mana pun yang terkait dengan hal ini tidak pernah saya bertemu perempuan seusia saya yang masih dalam masa reproduksi. Bahkan para kenalan perempuan sesama “pejuang” IVF pun tak ada yang seumuran saya. Oh satu lagi.., pasca persalinan C-section itu saya ‘kan lanjut konsultasi ke bidan. Nah.., bahkan si ibu bidan ini saja baru lahir ketika saya sudah mau lulus SMA.. Hahaha..πŸ˜„ tepok jidat deh.. Semuanya jauh lebih muda. Sang bidan ini untungnya bukan tipe full drama mama, meski dia juga seorang mahmud abas. Kalau gak, mana mau saya konsultasi ke dia.

Ada beda usia sekitar 10-20 tahun antara saya dan mereka, sudah beda generasi istilahnya. Karena beda generasi inilah, kadang ada sedikit jurang komunikasi di antara saya dan mereka yang lebih terkait dengan tingkat kematangan kepribadian seseorang. Setidaknya itulah hasil pengamatan saya. Jangan salah, ketika saya berumur 20an, saya juga suka galau dan labil tak jelas. Untungnya ini tidak pernah sampai berlarut-larut karena saya lebih nyaman mengedepankan fakta dan logika daripada drama dan prasangka.

Mengamati para mahmud abas ini, saya jadi berpikir, tampaknya jadi ibu baru di usia 20an lumayan juga tantangannya. Saya tidak bilang jadi ibu baru di usia 40an tidak ada tantangannya ya.., di post lain nanti cerita. Para ibu kategori mahmud abas itu sedang menjalani usia dewasa muda, masih dalam perjalanan menuju kemapanan, kemudian juga bertanggung jawab atas kehidupan baru (anak) yang sudah dianugerahkan kepadanya. Itu suatu proses pembelajaran yang cukup berat. Jadi menurut saya, wajar kalau mereka kadang full drama. Sepanjang terus berproses menuju kedewasaan pikiran, saya yakin mereka akan menjadi semakin bijak dan tenang. Eh tapi kadang saya merasa geli lucu sendiri memperhatikan mereka ini. Jadi membayangkan, pasti seperti inilah saya dulu (minus anak dan suami tentunya).

Tapi meski berbeda generasi, tetap seru nongkrong bareng para ibu muda tersebut (ibunya beneran masih muda, anaknya masih bayi pula). Serasa awet muda jadinya..πŸ˜‰hahaha..*ngayal berasa jadi 20an lagi*

Dan sekian dulu ya reportase hasil pengamatan amatiran ini. Si Bear bangun..hehehe..

Selamat hari Jumat, semuanya… Semoga akhir pekan kalian menyenangkan..

29 thoughts on “Terbalik..

  1. Selama ini saya jadi penonton saja blum tau rasanya jadi ibu meski beberapa dari keponakan memanggil saya ibu. Saya juga sesekali baca blog sharent dari mahmud, jadi saya nunggu cerita mba emmy, insha allah ada rejeki anak rasanya saya juga ga bisa disebut Mahmud hahahaha

    Like

    • Amin semoga diberikan amanah utk jadi ibu, mahmud atau mamat (mama tua) gak masalah, yg penting ibu dan anak sehat. Kayaknya saya bukan ibu tipe sharent, baik di dunia maya maupun dunia nyata, tapi update sesekali mungkin bakal nongol, sekedar kasih kabar..πŸ˜‰

      Like

  2. Aku biasanya udah ga bisa bergaul sama orang2 yang jauh lebih muda dari aku. Ngga nyambung dan jadinya geregetan. Aku emang nggak punya banyak kadar kesabaran sih ya…haha kalaupun aku ada temen2 yang usianya masih late twenties atau early thirties biasanya pemikiran mereka pun udah kaya seumuran aku.

    Like

    • Sama aku juga gitu.., ini dari sekian banyak teman hangout umur 20an, sejauh ini cuma satu yg jadi teman dekat karena pemikirannya kaya seumuran aku.. Yang lain lebih kayak jadi kenalan aja..

      Like

  3. Eh, rekam jejakmu keren banget mbak? umur duapuluh udah jadi pimpinan :3 sebelum umur 30 udah bisa beli rumah sendiri πŸ˜€ aaaah kece banget ah kamu mbak πŸ˜€ wkwkw

    Kalau aku bergaul sekarang sukanya sama semuanya sih πŸ˜€ baik yang lebih tua atau sama yang lebih muda πŸ˜€ wkwk enjooy aja dong ya mbak πŸ˜€

    Like

    • Yah alhamdulillah, meski banyak tantangan di hal pribadi lainnya tapi ternyata dimudahkan dalam urusan rezeki dan karier. Saya berinteraksi dengan orang sekitar itu biasanya berjalan secara alami sesuai dengan situasi dan kondisi saat itu. Jarang karena ada preferensi tertentu. Tapi yg penting enjoy ya, sama seperti kamu juga..

      Like

  4. Aku juga liat kalau teman2 yg pada punya anak waktu 20an kemarin, apalagi 20an awal, kayaknya banyak drama gitu lho Em. Mungkin sebenernya secara mental belum siap kali yaa.. yah aku sih memantau aja dan sebagai teman mendengarkan ketika diminta hehehe.

    Liked by 1 person

  5. gelar mamahmud itu asik ya mba..kayaknya muda terus…
    kalau melihat idealnya mmg nikah dan punya anak usia 25 thn keatas, di usia itu sdh stabil krn otak sdh matang utk ambil keputusan…kebanyakan yg sy tahu menikah muda anaknya sdh gede, kdg masih ada yg ngerasa kehilangan bnyk hal yg blm diselesaikan saat masih muda dulu…bahkan sampai berusia 30 lebih masih kepikir kesana…jd punya anak saat bener2 siap itu sbtlnya lbh penting…

    Liked by 1 person

    • Hehehe..buat saya mah dibawa cihuy sajalah..πŸ˜„
      Dan itulah hasil pengamatan saya tentang mahmud atau mantan mahmud yg saya kenal. Yang masih mahmud umumnya rempong drama, sementara yg dulunya mahmud saat ini seperti merasa kehilangan banyak hal saat muda dulu.. Jadinya antara lucu dan kasihan ngelihatnya..

      Like

  6. Hahahha kebaca Mamat..jadi ketawa2 sendiri nih malem2 dan mba Emmy nge-blognya curi2 waktu dari si Bear yah..hehehe..
    Di kerjaan aku bertugas di workshop plant full dengan mesin gede dimana jadi cewe sendiri di antara sekitar 70-80 orang cowo. Yang bete klo meeting tuh, kadang para cowo yang jenuh gada pemandangan itu bilang, “Klo meeting adain cewenya donk!” Lah gw dah gak dianggep cewe lagi hahaha secara dah sewindu lebih kerja di sana πŸ˜€
    Klo bertemen aku nyambung ma umur berapa aja, mau nenek2, kakek2, senior sampe cowo2 muda pendaki gunung hehehe, dibawa ketawa2 dan suka hengot bareng, ke mal, ke pantai or ke gunung OK πŸ™‚

    Like

  7. Mahmud oh mahmud, tiap hari aku selalu berinteraksi dengan mahmud, diantara kami cuma aku yang belum menikah dan punya bayi. Aku asik asik aja interaksi dengan mereka. Kadang kalo lagi bosen ngebahas anak-anak mereka aku melipir ke golongan lajangers yang berada di tempat lain haha

    Like

  8. Eh iya bener Ka… sama aku jg kl bertemen ama yg ud jadi mahmud suka bengong n terkesima… bnyk singkatan singkatan baru yg aku ga ngeh apaan ituu?
    Bnyk drama ya benerrrrrrrrπŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…πŸ˜…

    Salam kenal Kak Em πŸ˜„

    Like

  9. Akupuuun ngalamin hal yang sama My, kalau di kantor temenannya secara natural lebih nyambung sama bapak/ibu calon pensiunan, kalau gaul sama gen Y udah nggak nyambung. Kalau di sekolahan campur ada yang mahmud ada yg mahmut, Nah, yang bikin jetlag, aku sok2an gabung WA Group mahmud2 early 20s di salah satu komunitas parenting… JETLAG!!, haha malu sama uban. Dinikmatin aja, obat awet muda asal jangan kebablasan kena syndrom mommy war, sempet kepleset juga sih tapi ambil yg asik2 aja aaah….

    Like

Leave a comment