“Mendadak Bogor..”

maxresdefault-2

youtube.com

Tak terasa sudah sudah pertengahan Maret saja ya. Di wilayah belahan bumi bagian selatan seperti Australia dan New Zealand, bulan Maret biasanya menandai datangnya musim gugur (autumn). Saya senang sekali musim gugur ini akhirnya datang juga karena musim panas yang baru saja selesai lumayan bikin pening.

Kota tempat kami tinggal, Townsville, adalah daerah di wilayah utara Australia yang beriklim campuran antara tropis dan gurun. Artinya, udara di sini antara panas atau panas sekali sepanjang tahun kecuali di musim dingin ketika suhu udara bisa turun drastis ke angka 20’C. Selain itu curah hujannya sangat rendah. Musim panas yang baru saja berakhir (Desember 2017-Februari 2018) adalah yang cukup ekstrim dalam artian kondisi cuaca hariannya.

Sepanjang Desember suhu udara mulai panas dan lembab, ada sedikit hujan di minggu pertama seingat saya, setelah itu cuaca mulai memanas dan mengering. Saking panasnya, rumput di halaman pun mati suri semua. Manajemen pengaturan penggunaan air yang bersumber dari PDAM setempat berada dalam kategori 3. Catatan: kategori 0 = tak terbatas, 1 = nyaris tak terbatas, 2 = agak dibatasi, 3 = dibatasi, dan kategori 4 = sangat dibatasi. Kategori 3 ini artinya air hanya boleh digunakan untuk kebutuhan dapur, kebersihan diri, dan menyiram tanaman 2 hari per minggu dengan menggunakan selang genggam, bukan pengairan sistem irigasi seperti yang biasa digunakan dalam pemeliharaan rumput lapangan golf. Sekedar informasi, luas tanah properti rumah di daerah saya tinggal itu rata-rata 700 m2 per rumah. Jadi halaman rumahnya cukup luas, sehingga banyak rumah yang menggunakan sistem irigasi ini, termasuk rumah saya. Pembatasan penggunaan air ini tentu tak berlaku jika kita menggunakan air sumur bor punya sendiri. Kami sempat terpikir untuk punya sumur ini, tapi biayanya belum siap, perlu sekitar A$ 8,000 (Rp 80,000,000).

Menjelang pergantian tahun (Desember ke Januari), suhu udara di siang hari sempat mencapai 35-40’C. Kondisi ini terus berlanjut sampai akhir Januari tanpa ada hujan. Bendungan dan sungai yang mana merupakan sumber air PDAM setempat makin surut saja airnya. Istilahnya tinggal satu hembusan nafas saja kita masuk ke kategori 4 (terparah) dalam pembatasan air. Dalam cuaca seperti ini teorinya gampang, tinggal ngadem saja di ruangan ber-AC. Prakteknya, badan ini rontok juga gonta ganti suhu udara dari teriknya di luar ke ademnya (dari AC) di dalam ruangan. Januari itu bagi saya sudah berasa di gurun betulan saja rasanya.

Dan kemudian datanglah Februari dengan hujannya.., SETIAP HARI.. Serius itu hujan setiap hari dari tanggal 1 s/d 28. Dan suhu udara turun ke angka 21-25’C, berasa udara daerah Puncak, Cianjur/Bogor. Bahkan di dua hari terakhir, hujan besar NON STOP 2 hari 2 malam. Dan kami pun “Mendadak Bogor” (hujan melulu maksudnya).. Hasilnya, bendungan dan sungai-sungai meluap tumpah ruah airnya. Banjir terjadi di banyak lokasi, terutama daerah sekitar sungai. Kami di Townsville ini cukup beruntung karena punya sistem drainase dan kanal banjir yang bagus sehingga meski hujannya edan tenan, tapi tidak sampai ke area perumahan. Hanya saja banyak jalan dan jembatan yang terendam air sehingga akses ke beberapa wilayah tertutup untuk beberapa saat. Namun demikian kota tetangga, Ingham, tak seberuntung itu. Banjir bandang sempat melumpuhkan kota selama beberapa hari. Sebagian orang sempat tertahan di lokasi masing-masing selama hampir seminggu karena akses keluar masuk tertutup banjir.

Menurut beberapa sumber, kondisi curah hujan tinggi dalam waktu singkat ini biasanya terjadi dalam kurun waktu sekitar 10 tahun sekali. Saya ingat sekitar akhir 2008 – awal 2009 hal ini juga terjadi di daerah yang sama, tapi waktu itu saya dan M sedang berada di luar Australia. Konon penyebabnya adalah badai tropis yang kelihatannya “rutin mampir” ke wilayah ini.

Jadi secara umum saya dan keluarga baik-baik saja. Tapi.., kami terkena pilek berat selama sebulan penuh di Februari itu! Awalnya Bear pilek biasa, diberi obat bebas koq tidak sembuh-sembuh. Tiap tengah malam dia bangun sambil menangis dan batuk-batuk. Setelah seminggu, akhirnya saya panggil dokter ke rumah karena saat itu hari Minggu. Kata dokter Bear tidak apa-apa, tidak ada infeksi (ISPA maksudnya). Jadi tak diberi obat apapun. Padahal saya yakin ada sesuatu. Ya sudahlah. Beberapa hari kemudian, pileknya tambah parah sampai tak masuk Day Care dan kursus renang selama masing-masing 2 hari. Sementara itu saya pun mulai terkena pilek berat juga, entah karena ketularan atau kelelahan, atau dua-duanya.

Akhirnya sekitar pertengahan Februari, kami ke dokter lagi. Kali ini kami pergi ke dokter di klinik dekat rumah. Saya dan Bear sekalian berdua diperiksa, dan benar saja, kami berdua terkena ISPA (infeksi saluran pernafasan atas). Seumur-umur baru kali ini Bear kena pilek berat macam begini. Sementara terakhir kali saya pilek begini sekitar 6 tahun yang lalu. Kami diresepkan antibiotik, sejak itu mulai membaik meski rasanya lama banget sembuhnya. Ketika saya dan Bear sakit ini, otomatis M yang istilahnya merawat kami berdua..hahaha.. Sangat membantu tapi efek sampingnya…, dia pun ketularan.. Oh poor hubby.. Di awal Maret itu, saya dan Bear sedang masa penyembuhan, sementara M baru mulai sakit. Dan minggu ini dia berangkat ke lokasi tambang dengan membawa pilek dan sakit tenggorokan.. Kasihaaann.. Saya sarankan dia ke dokter, tapi katanya masih kuat.. Semoga saja pileknya masih bisa ditangani obat tanpa resep..

Saat ini saya dan Bear masih dalam masa penyembuhan meski sudah tak minum antibiotik lagi. M sedang berusaha “menyembuhkan dirinya sendiri”. Kota Townsville sedang musim gugur sekarang, mulai normal lagi cuacanya. Kota tetangga masih beres-beres dari banjir. Semoga kami semua bisa segera bugar lagi seperti biasa.

Dan semoga kalian semua para pembaca blog juga diberikan kesehatan. Aamiinn..

30 thoughts on ““Mendadak Bogor..”

  1. Semoga segera membaik ya Emmy dan seluruh keluarga. Semoga segera pergi pileknya biar ga muter terus. Biasanya kan gitu kalo pilek muter2 terus ๐Ÿ˜€

    Like

  2. Semoga segera sehat kembali mba Emmy sekeluarga ๐Ÿ™‚
    Di sini juga cuacanya lagi gitu deh, becek! Untungnya udah mulai menghangat sedikit. Ga sabar nunggu si tulip di kebon berkembang ๐Ÿ˜

    Like

  3. Hai Emmy semoga kamu sekeluarga lekas sembuh ya. Klo ditempatku summernya juga gilee panasnya, trus kita ga punya ac, orang2 sini jaranggg bangett punya ac. Kasihan sih anak kecil klo summer deh, ga pakai bajupun tetap panas, paling ya dikaish berendam air aja main2 ๐Ÿ˜‰ .

    Like

    • Amin makasih doanya, Nella..๐Ÿ˜Š๐Ÿ™๐Ÿฝ Gak punya AC karena mungkin musim panasnya dulu gak terlalu panas kali ya.. Kalo di Australia wilayah utara ini kayaknya wajib deh punya AC, apalagi kalo penghuni rumahnya ada anak kecil atawa orang lanjut usia..

      Like

  4. Semoga cepat baik sekeluarga. Memang rantai penularan flu bikin gemas…biasanya dr sekolah (anak kecil daya tahannya lbh lemah). Suka sebel sama ortu yg nekad masukin anak yg lg kena virus dg alasan anaknya pengin sekolah. Akhirmya muter2 di keluarga anak masing2. Kalau di rumah kita ada berlakukan wilayah karantina supaya rantai penularan terputus. ๐Ÿ˜…

    Like

    • Amin makasih doanya๐Ÿ˜Š๐Ÿ™๐Ÿฝ Kayaknya Bear tertular dari teman day care-nya.. Guru di tempat day care ini diberikan kewenangan juga untuk โ€œmengembalikanโ€ anak ke rumah jika dirasa kondisinya tidak fit utk tetap berada di day care… Tapi ya tetap kami ortunya ketularan juga..๐Ÿ˜„ Sabar..sabar..

      Like

  5. ya ampun Emm….kupikir kamu mendadak liburan ke Bogor. Pas baca sampe bawah, wahahahah ternyata hujan maksudnya yaa. Semoga lekas sembuh yaaa semuanya. Di rumahku juga aku, 2 anak, 1 ART kena pilek semua, kecuali suami hiks hiks….lagi musim euy

    Like

  6. Pingback: “But it is a miserable day..” | Crossing Borders

Leave a comment