It’s New Year’s Eve, and hopes are high..

Tahun 2017 bagi saya merupakan tahun yang sangat sibuk..

Diawali dengan pindahan dari Indonesia ke Australia. Setelah mulai menetap di Australia pun, karena berbagai pertimbangan, kami pindah tempat tinggal. Semula di unit apartemen, kemudian pindah lagi ke sebuah rumah. Untungnya (masih ada untungnya..hehehe) pindahan kali ini masih dalam kota, bukan antar negara antar benua seperti beberapa bulan sebelumnya. Dua kali pindah tempat tinggal dalam kurun waktu kurang dari satu tahun itu rasanya luar biasa melelahkan. Apalagi dengan adanya Bear, si anak balita super aktif sebagai salah satu anggota rombongan..hehehe.. Pokoknya mantap deh..

Pindahan antar negara tentunya dibarengi urusan dokumen yang tak kalah ribetnya. Saya harus mengajukan izin tinggal melalui Partner Visa. Tidak seperti pasangan Indonesia-Australia lain pada umumnya, karena berbagai pertimbangan, saya dan M memutuskan mengajukan visa tersebut lama setelah kami menikah. Selain itu tempat pengajuan adalah di Australia, bukan selagi masih tinggal di Indonesia. Dan seperti sudah diduga, mengurus visa yang satu ini sangat menguras energi (dan dompet) kami..hahaha.. Tapi meski harus berbagi konsentrasi dengan banyak hal penting lainnya, visa disetujui hanya dalam kurun waktu 9 bulan setelah tanggal pengajuan dan juga langsung mendapatkan status permanent residence. Yaaayyyyy..😀🎊🙏🏽 Sebagai gambaran, Partner Visa ini umumnya diberikan bertahap  (temporary residence visa dulu, setelah itu baru permanent residence visa) dalam waktu 18 s/d 24 bulan setelah tanggal pengajuan. Alhamdulillah…leganya itu ya ampun.., melebihi saat bikin skripsi dan sidang wisuda.. Eh.., peningnya pun melebihi urusan skripsi dan wisuda..hahaha..

Di saat sedang sibuk dengan urusan pindahan tempat tinggal dan pengajuan visa ini, tiba-tiba ibu saya di Indonesia sakit keras. Duh.., ini dia hal yang saya tidak sukai dari merantau jauh. Saat itu visa saya masih Bridging Visa A (BVA), yaitu visa “jembatan” yang bersifat sementara dan terbatas. Visa ini diberikan untuk menunggu keputusan Partner Visa yang masih dalam proses. Nah si BVA ini tidak punya travel facility. Artinya pemegang visa tersebut boleh meninggalkan Australia tetapi untuk masuk kembali ke Australia harus mengajukan visa lagi yang sesuai dengan peruntukkannya, meski pada saat yang sama orang tersebut sedang dalam proses Partner Visa. Solusinya adalah saya harus mengajukan Bridging Visa B (BVB) yang membolehkan saya bepergian keluar masuk Australia dalam rentang waktu yang ditentukan oleh Departemen Imigrasi. Akhirnya saya mengajukan Bridging Visa B, disetujui, dan diberikan rentang waktu 3 bulan untuk keluar masuk Australia. Kapan-kapan saya cerita khusus mengenai jungkir baliknya urusan visa ini ya..

Dengan BVB di tangan, berangkatlah kami (saya, M, dan Bear) di bulan September, mudik ke Indonesia untuk menengok ibu saya. Dan mudik itu memang tak seru kalau tak ada drama ya.. Ampun deh.., perjalanan lintas negara yang ini adalah perjalanan terkacau yang pernah saya alami.

Mulai dari visa tambahan yang harus diajukan dulu agar saya bisa keluar masuk Australia secara lancar, tiket pesawat yang entah kenapa salah booking (salahnya parah sehingga harus keluar biaya ekstra..), M yang kasih informasi yang salah soal jadwal kerjanya sehingga itinerari yang sudah rapi (baca: tiket pesawat sudah dibayar) jadi berantakan. Akibatnya semua harus diatur ulang dengan biaya ekstra yang tidak sedikit. Selain itu, jadwal yang kacau ini membuat saya dan Bear terpaksa bolak balik Australia-Indonesia-Australia BERDUA SAJA, saudara-saudara..!!! Jadinya M harus pergi belakangan dan pulang duluan..

Duh saya beneran marah ke M waktu itu.. Saya kesal karena pertama, bermaksud berhemat pakai maskapai berbiaya rendah.., eh malah bayar ekstra banyak karena jadwal kacau. Tahu sendiri kan maskapai tipe ini sistem tiketnya murah tapi tidak fleksibel. Kedua, rute yang diambil waktu itu, Townsville-Denpasar-Bandung, itu rute terpendek dan termurah tapi bukan yang paling nyaman terutama jika bepergian berdua saja dengan anak balita. Di jalur berangkat dan pulangnya ada momen transit di bandara Denpasar sekitar 6 jam saat malam ke dini hari, dan juga melibatkan pergantian terminal antara domestik ke internasional dan sebaliknya. Bagi yang pernah mengalami transit di Denpasar seperti yang saya alami ini pasti paham kenapa transit di bandara ini justru jadi faktor kelelahan saya yang utama dari perjalanan tersebut. Saya sebetulnya ingin buat tulisan tersendiri mengenai perjalanan mudik ini tapi apa daya, mengingat kembali saja sudah bikin lelah..

Saya dan Bear berada di Indonesia selama sebulan. Selain berkumpul dengan keluarga, saya juga bertemu para sahabat, teman-teman masa kecil. Pertemuan waktu itu lumayan mengharu biru karena kami baru saja kehilangan satu sahabat. Lynn, sahabat kami itu, meninggal mendadak karena gagal ginjal. Selain itu sahabat lainnya, Dita, tak disangka tak diduga, bercerai setelah berumah tangga selama 20 tahun. Kisah Dita ini lumayan menguras air mata. Suatu kisah yang melibatkan KDRT dan percobaan bunuh diri. Kita, para sahabatnya, tak pernah tahu sebelumnya soal masalah rumah tangganya itu. Kita bisa merasakan ada hal yang tak biasa, tapi tak menyangka separah itu.

Selain kehilangan seorang sahabat, di tahun 2017 saya juga kehilangan seorang sepupu yang sudah seperti kakak sendiri. Sepupu saya ini, Dina, adalah orang yang membantu orang tua saya mengasuh saya dan adik-adik sewaktu kami masih kecil. Teh Dina, begitu kami memanggilnya, meninggal mendadak ketika sedang melakukan aktivitas kesehariannya. Rasanya sangat tak nyata ketika orang yang dekat di hati pergi selamanya begitu cepat..

Kembali ke cerita tentang keluarga kecil kami, M dan saya bersyukur di tahun ini kami sekeluarga diberikan rezeki yang cukup meski tak sebagus tahun-tahun sebelumnya, diberikan kesehatan yang baik juga. M sempat berganti-ganti pekerjaan, ini lumayan bikin saya deg-degan karena pengeluaran kami sedang banyak-banyaknya tahun ini. Semoga pekerjaan yang sedang dijalani saat ini lebih awet dan membawa lebih banyak berkah. Amin..

Tahun 2017 ini yang pasti bertambah tentunya umur ya.. Tahun ini saya menginjak usia 43 tahun. Dulu waktu masih kecil, saya lihat orang umur 40an itu kayaknya orang yang sudah tua banget, tapi setelah menjalani sendiri kayaknya biasa saja..hehehe.. Eh tapi anak kecil “jaman now” mungkin melihat saya “tua banget” juga ya..hahaha.. Kemudian anakku Bear berumur 2 tahun di tahun 2017. Sudah bukan bayi lagi.. Tidurnya pun sudah pindah ke tempat tidur orang dewasa ukuran single bed. Tadinya mau beli tempat tidur balita, tapi berhubung sudah ada single bed yang tak berkaki itu, jadi dicoba saja pakai yang itu. Ternyata anaknya mau juga.

Begitulah cerita saya tentang tahun 2017. Masih banyak cerita printilannya sebetulnya, tapi yang di atas itu anggap saja semacam highlight. Dalam bentuk gambar, highlight ini terpampang dalam best nine di akun Instagram saya.

Foto-foto di Instagram itu menggambarkan mungkin hanya 1% dari kehidupan saya, tapi tetap menyenangkan melihat betapa warna warninya kehidupan sepanjang 2017 melalui kumpulan foto tersebut.

Akhir kata, kesempatan baru, awal yang baru, begitu banyak impian yang menggoda untuk diraih. Selamat Tahun Baru 2018.. Semoga menjadi tahun yang lebih baik bagi kita semua..

It’s New Year’s Eve, and hopes are high.. Dance one year in, kiss one goodbye.. Another chance, another start.. So many dreams to tease the heart..

I don’t need a crowded ballroom.. Everything I need is here.. If you’re with me, next year will be the perfect year..

We don’t need a crowded ballroom.. Everything we need is here.. And face to face we shall embrace the perfect year..

The Perfect Year by Dina Carroll

42 thoughts on “It’s New Year’s Eve, and hopes are high..

  1. bear semakin besar semakin bikin mommy nya ngos ngosan:D*berdasar pengalaman** saya jg mudik kemaren sudah kehilangan uwak satu2nya,pulang jd ketemu pusara nya saja, nenek 2016 juga berpulang, kakak sepupu..,orangtua jg sakit

    Liked by 1 person

    • Hahaha..iya emaknya makin gempor kalo dia minta digendong.. Oh ya aku lihat beberapa foto di IG-mu pas kamu lagi mudik.. Sedih gimana gitu ya kalo orang di dekat di hati tiba-tiba gak ada.. Semoga ortumu segera pulih ya..

      Like

  2. Deg2an bacanya, ups and downs banget ya mbak. Memang untuk beberapa orang, tahun 2017 merupakan tahun yang sulit tapi semoga di tahun 2018 ini bisa jadi lebih baik lagi ya 🙂

    Happy new year!

    Like

  3. selamat tahun baru juga ya Emm. Ups and down banget ya 2017 mu. Turut berduka cita untuk kehilangan orang2 tercinta. Semoga 2018 lebih baik lagi ya untuk semuanya. Amiiin….

    Like

  4. Met tahun baru Em! Semoga tahun ini lebih baik dari tahun lalu ya, dan semoga kita diberi kesehatan yang baik biar bisa kuat jadi supermama 😝😝💪💪

    Like

  5. Selamat tahun baru mba Emmyyy, bahagia berkah selalu yaaa dengan keluarga kecilnya (aamiin!)
    Btw ga kebayang pindahan 2 kali di tahun yang sama mbaaa, ditambah ada balita – salut ih 😀

    Like

  6. Semoga ditahun 2018, banyak hal baik ya mama Bear, aamiin.
    Ya ampuun, dede Bear udah 2 tahun aja ya,,,
    photo mama bear dipojok kanan bawah..masih unyu- unyu…

    Like

    • Amin makasih buat doa dan ucapannya..😊Semoga tahun 2018 juga membawa lebih banyak berkah buatmu dan keluarga..
      Ya Bear udah jadi cowok kecil sekarang.., eh mamanya masih unyu-unyu juga koq😝*jangan enek

      Liked by 1 person

  7. Selamat Tahun Baru Mbak Em (mumpung masih tanggal 4). Meski saya mengalami gloomy gloomy 2017, tetap harus disyukuri apa yang telah terjadi 😊 Semoga berkah selalu dilimpahkan untuk kita semua di 2018 Aaamiiin

    Like

  8. Happ New Year….

    Mau ngurus visa tapi males. Dulu pernah mau ngurus waktu dapet rekom beasiswa LN. Sekarang pas niat, cari-cari info, eh ga ada yang nawarin beasiswa.

    Like

  9. Wah, sy menikmati ceritanya mbak, terutama soal transit, sy juga pernah mengalami transit di denpasar dini hari ke Jakarta, dan itu melelahkan..selamat tahun baru, semoga tahun ini jauh lebih baik dari tahun2 sebelumnya, salam

    Like

    • Makasih sudah mampir dan baca ceritaku.. Tuh kan bandara Denpasar itu memang tak terlalu nyaman buat transit ya.., apalagi dini hari.. Selamat tahun baru juga.. Semoga tahun ini membawa lebih banyak berkah buatmu sekeluarga..

      Liked by 1 person

  10. Pingback: Halo.. Apa kabar..? | Crossing Borders

Leave a comment