Catatan kecil 2019

Di awal 2019 kota tempat saya tinggal, Townsville, dan sekitarnya di wilayah North Queensland, Australia, terkena bencana banjir besar yang konon hanya terjadi 100 tahun sekali di wilayah ini. Saat itu Diny (@blueskyandus), salah satu teman blogger yang juga tinggal di Australia, tepatnya di Adelaide (South Australia), mengontak saya dan menanyakan kabar dan kondisi terkini. Alhamdulillah saya dan keluarga beserta rumah selamat dari banjir, meski nyaris tak bisa ke mana-mana karena akses jalan banyak yang terputus.

Banjir besar ini merupakan pukulan berat bagi banyak peternak sapi di daerah Queensland yang sebelumnya dilanda kekeringan. Ironis memang, di satu saat kekeringan, sekalinya hujan datang, tak terkira banyaknya sampai jadi banjir besar. Banyak dari mereka yang kehilangan nyaris seluruh ternaknya. Harap diingat bahwa peternakan sapi di Australia itu umumnya berskala besar. Satu keluarga peternak biasanya memiliki jumlah sapi ribuan, bahkan puluhan ribu ekor. Saya masih ingat satu berita di TV yang meliput peternakan yang nyaris tak bersisa seekor sapi pun. Si Bapak dan Ibu pemilik peternakan tak kuat menahan airmata ketika diwawancara kru TV, sementara anak-anak mereka hanya bisa diam sambil menunduk sedih.

Balik lagi ke cerita tentang saya dan Diny. Saat dia mengontak saya di awal 2019 itu, tak terpikir sama sekali bahwa di akhir 2019, sayalah yang mengontak Diny, menanyakan kabar dan kondisi terkini di wilayahnya, terkait kebakaran lahan/hutan maha besar yang melanda banyak wilayah di tenggara dan selatan benua Australia. Yang paling parah terjadi di negara bagian New South Wales, Victoria, dan South Australia di mana Diny dan keluarganya tinggal. Semoga dia dan keluarganya tetap diberikan keselamatan. Amin..

Menurut beberapa sumber, kebakaran di musim panas kali ini dirasakan sebagai yang terbesar dalam sejarah ingatan orang-orang. Skala kebakaran ini luar biasa, terjadi secara sporadis dan silih berganti dengan sangat cepat, tergantung ke mana angin kencang berhembus. Ini hanya perkiraan saya, jika semua wilayah yang terkena kebakaran itu digabung, mungkin luasnya sebesar Pulau Jawa. Bayangkan, seisi Pulau Jawa kebakaran.. Saking parahnya, ada beberapa kota yang terkepung api dan asap kebakaran yang sangat intens dan mengerikan. Saking pekatnya, jam 12 siang tampak seperti malam hari, langit berwarna abu pekat bercampur semburat oranye. Satu persatu rumah dan bangunan pun hancur terbakar.

Tim pemadam kebakaran sampai harus menggunakan pesawat jet besar yang dirancang khusus untuk mengangkut air atau zat pemadam api lainnya, untuk disebarkan dari udara. Suasana Natal dan Tahun Baru pun diwarnai penuh keprihatinan. Anggota tim pemadam kebakaran sendiri berjumlah ribuan, dan mereka sudah mulai kelelahan karena kebakaran level bencana ini sudah berlangsung hampir dua bulan seingat saya. Saat ini kelihatannya tentara pun sudah dilibatkan untuk membantu tim Damkar. Menurut Wikipedia, sampai sejauh ini area yang terbakar setidaknya 5 juta hektar, bangunan yang hancur lebih dari 2500 properti, dan korban meninggal 13 orang.

Negara bagian tempat saya tinggal, Queensland, sebetulnya mengalami juga kebakaran lahan/hutan ini, terutama di bagian selatan, tapi tidak parah seperti di daerah yang saya ceritakan di atas itu.

Melihat dua kejadian bencana ini, saya merasa kehidupan itu memang sangat rapuh. Hidup bisa hancur dalam waktu singkat.

Dari sisi kehidupan saya sendiri, tak banyak yang terjadi selain hal-hal rutin yang syukurnya berjalan dengan baik. Namun demikian, ada satu hal yang cukup menyentak pikiran saya.

Di musim dingin sekitar bulan Juni 2019, saya dan keluarga mudik ke Indonesia, ke Cianjur tepatnya. Itu pertama kalinya saya mudik ke rumah orang tua tanpa adanya lagi orang tua di sana. Ayah meninggal tahun 2008 dan Ibu meninggal tahun 2018. Saya sadar sepenuhnya bahwa orang tua saya sudah tiada. Saya tidak merasakan hal-hal aneh ketika berangkat, ketika berada di sana, dan ketika perjalanan pulang. Yang membuat saya benar-benar ‘down’ ke titik paling bawah adalah ketika saya sudah berada di Australia lagi dan mulai merencanakan untuk mudik yang berikutnya.

Tiba-tiba saya merasa ‘mudik’ atau ‘pulang’ itu tak berasa apa-apa lagi. Seketika saya sadar bahwa satu–satunya alasan saya dulu masih tetap ‘pulang’ ke Indonesia itu karena orang tua saya ada di sana. Saya ini bukan anak kecil lagi tapi entah kenapa pikiran ini membuat saya merasa seperti anak hilang. As if I am a lost child in a faraway land.. Dan di situlah.., saya menangis sejadi-jadinya. Sendirian..

Selama ini saya sangat menjaga emosi diri agar bisa jadi penyeimbang situasi bagi keluarga saya di Indonesia ketika mereka sedang dalam kondisi tidak stabil, seperti saat kehilangan Ayah dan kemudian kehilangan Ibu. Tapi akhirnya di hari itu, rasa berduka yang tertahan selama sepuluh tahun pecah juga. Dan setelah itu saya merasa lega..

Ya begitulah..

Selamat Tahun Baru.. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan kesejahteraan selalu di tahun-tahun mendatang.. Amin..

Pukul 00:45, 01-01-2020 (waktu Townsville, AEST, GMT +10)

14 thoughts on “Catatan kecil 2019

    • Hatur nuhun, Dit..๐Ÿ™๐Ÿฝ Selamat tahun baru juga.. Big hug xx
      PS: aku udah beli buku Orchid Thief yg kamu rekomendasikan itu… Baru baca setengah tapi seru emang๐Ÿ‘

      Like

  1. Selamat tahun baru, Mbak Emmy.
    Setuju, hidup begitu rapuh. Maka kita dituntut harus kuat. Teorinya begitu, prakteknya tak selalu mudah.
    Mudah-mudahan kita semua selalu diberi perlindungan, keselamatan, dan keberkahan. Aamiin. Peluk cium utk Bear ๐Ÿ˜˜๐Ÿค—

    Liked by 1 person

  2. Selamat tahun baru Emmy dan keluarga. Sehat2, bahagia, dan keberkahan selalu menyertai kalian. Peluk dariku, semoga apa yang sudah kamu lalui di tahun2 sebelumnya makin menguatkan langkah ke depan.

    Liked by 1 person

  3. baru bacaaa..mba emmyi skrg kondisi sisa2 kebakarannya bagaimana, saya lihat di media,mengerikan sekali, penyebab utama selain krn alam apa ada juga faktor manusianya sendiri, sedih liatnya apalagi banyak hewan2 yg jd korban, keseimbangan alam terancam di Turki jg musim dingin salju tdk merata, di timur turki sampai longsor karena salju dan menewaskan banyak orang

    Like

    • Kayaknya aku dengar juga berita tentang avalanche (longsoran salju) itu.. Prihatin banget ya..
      Sejauh ini tidak ada indikasi unsur kelalaian manusia dalam kebakaran lahan ini. Suhu di musim panas kali ini memang lebih tinggi daripada biasanya. Alhamdulillah kebakaran di daerahku cuma semak rumput dan cuma bentar, gak sampe seisi hutan terbakar sampe berbulan-bulan. Ironisnya, wilayah yg kena kebakaran parah, sekarang sedang kena hujan besar terus-terusan. Kebakarannya sendiri secara resmi sudah dinyatakan padam (karena hujan), tapi daerah yg tadinya terbakar sekarang malah lagi kebanjiran๐Ÿ˜” Beberapa daerah mati listrik sudah lebih dari seminggu karena badai dan hujan ini. Duuuhhh..Australia.., the land of extreme, setelah kebakaran dapat kebanjiran..

      Like

Leave a comment