Sekedar selingan: Hitam dan putih

Beberapa waktu yang lalu seorang teman bertandang ke rumah untuk suatu keperluan. Dia seorang mahmud abas (mamah muda anak baru satu) berusia pertengahan 20an dan bekerja di sebuah instansi pemerintah. Dia punya seorang anak laki-laki berusia dua tahun. Setelah ngalor ngidul membicarakan urusan tersebut sampai kelar, akhirnya topik pembicaraan beralih ke urusan anak karena kebetulan di saat yang sama saya harus mengganti popok anakku si Bear. Kita sebut saja wanita ini Lala.

Lala: Kak Em.., gak terasa ya.. Bear sudah gede aja.. Duh montoknya.., gemes deh..😘

Saya: Ya.., perasaan baru kemarin saya melahirkan dia.. Apa kabarnya anakmu? Sehat ‘kan..πŸ™‚

Lala: Alhamdulillaah sehat, Kak.. Tapi sayangnya anakku “hitam”πŸ™.. Kalau Bear ‘kan “putih”, bule, lucu menggemaskan..

Selama sepersekian detik saya terhenyak😟 mendengar jawabannya, kemudian..

Saya: Oh kalau kamu merasa tidak cocok dengan warnanya, coba dikembalikan saja..😐

Lala: Eh..maksudnya, Kak..?😯

Saya: Iya dikembalikan saja ke Penciptanya, siapa tau anakmu bisa ditukar dengan warna yang lebih cocok di hati..😐

Lala: Iiihh.., Kak Em koq begitu sih..?😬

Saya: Kamu berbicara tentang anakmu seolah-olah dia itu kucing peliharaan yang kamu beli dari toko online.. Tak suka warnanya.., tak suka ininya, tak suka itunya.., sayang ininya begini itunya begitu.. Kalau sang Maha Pencipta memutuskan mengambil kembali anakmu karena komplain dangkal barusan.., bagaimana tuh..?πŸ™‚

Lala: Sa..saya..tadi..tidak bermaksud begitu.., Kak Em..😭

Saya: Ya.., kamu bermaksud apa yang kamu katakan.. Sekarang berdoa saja semoga anakmu bisa memaklumi ibunya ini..😐

Lala: πŸ˜žπŸ˜”

Dan pembicaraan pun berakhir, suasana jadi canggung, Lala jadi salah tingkah, berusaha meyakinkan saya (atau mungkin meyakinkan dirinya sendiri) bahwa dia tidak bermaksud buruk dengan kata-katanya tadi mengenai anaknya.

Wahai para orang tua, hindarilah membanding-bandingkan anak seperti ini. Mereka adalah amanah *pesan moral dari saya yang susah, rempong, dan mahal banget untuk punya anak*.

Oh ya.., ngomong-ngomong kalau anak Anda “hitam”, mungkin dia terlalu lama berguling-guling di aspal. Kalau anak Anda “putih”, mungkin dia terlalu lama berguling-guling di tepung terigu. Tak perlu banyak mengeluh, jika mengalami situasi tersebut, keluarkan anak Anda dari aspal dan/atau tepung terigu, kemudian mandikan..*tombol sarkasme baru saja menyala*

Dan yang terakhir.., selamat tahun Kabisat..πŸ˜ƒ 29 Februari 2016. Baru di tahun 2020 kita akan punya tanggal 29 Februari lagi.

75 thoughts on “Sekedar selingan: Hitam dan putih

  1. Yaiyyy aku suka jawabnya. Saya tidak tahu kenapa kadang obrolan soal fisik& merendahkan diri sendiri dianggap wajar. Kadang yang masih sama-sama Indonesia satu kampung bahkan sesodara saja soal warna kulit jadi pembicaraan dibanding-bandingkan.

    Like

  2. Sepertinya di Indonesia semuanya senengnya yg putih dan berbau bule ya. Sama juga kan dengan beberapa pria Indonesia, tipe yg laku keras: putih, mulus, rambut panjang lurus. Blah! Sepertinya uda stereotype deh.

    Like

  3. Jawabannya keren Mbak.:)
    Kadang manusia emang ga bisa bersyukur ya, apa terlalu take it for granted kah ya Mbak?

    Like

  4. Lu kata beli barang di toko? Bahkan barang yang ditoko aja ada yang ga boleh dituker.

    Well,ok mungkin dia cuma becanda tapi ga sadar kalau becandaanya itu sebenernya juga datang dari buah pikirannya.

    Red and yellow black and white, all are precious in HIS Sight!

    Like

  5. Mbak tipenya sama kayak suamiku. Kemarin kubacakan status FB seorg teman obgyn. Pasien yg baru melahirkan secara normal: yah, Dok akte anak saya bisa gak dipindah ke tgl 1 Maret? *Dengan alasan kalo tgl 29 baru 4 thn lg ultahnya. Bapaknya Teona nyahut, pasien itu PD bgt anaknya hidup sampe 4 thn kedepan. Jleb! Ish, ngomongnya. To memang bener. Dan jujur aja Saya juga kentara melihat beda Teona dengan tetangga tinghoa yg anaknya sebaya dgn Teona. Ya iyalaahh πŸ˜€

    Like

  6. Langsung mengaitkan dengan sistem pendidikan di Indonesia yang mana ortunya gak bangga kalo anaknya gak juara… Itu lebih miris lagi. Jamak di Medan. Udah beban studi yang menggunung, belum lagi ekskul yang melelahkan, les demi les yang bertubi, dan saingan yang kian hari kian lihai menyembunyikan kesaktiannya, eh anaknya gak juara jadinya dipush terus. Kadang suka kasihan dengan anak-anak yang punya ortu seperti itu. Pengalaman dulu pernah ngajarin anak yang memang agak kurang di beberapa bidang tapi berpotensi di bahasa Mandarin.

    Apakah karena gengsi atau (kah mungkin) pengaruh sosial media (maupun teknologi) sehingga pamer memamerkan begitu mudah sekarang ini?

    Like

    • Awalnya mungkin karena persaingan hidup yg sekarang (dianggap) lebih ketat, sehingga orang tua mendorong anaknya utk bisa segala macam. Hanya beberapa ortu memang lebay juga.. Beruntungnya saya hidup di zaman ketika masa kanak-kanak adalah masa bermain yg sesungguhnya..

      Liked by 1 person

      • Galasin, patok lele, lompat karet, engklek, congklak, pecah piring, dan masih banyak nama permainan tradisional lainnya yang menyehatkan pun udah mulai sirna dari peradaban kota dan sekolah.

        Masih segar di ingatan Mbak, dulu istirahat langsung menyerbu lapangan dan membuat grup-grup bermain sesuai dengan permainan yang disuka. Sekarang kelereng pun hanya dijadikan koleksi.

        I miss that moment!

        Like

  7. saya juga paling gak suka kalau dikatain ntar kalo punya anak sama bule jadinya lucu karena putih-putih kayak bapaknya……biasanya kalo kayak gitu saya cuma diem, kalo lagi geregetan ya kujawab “putih ato item kayak aku sama aja, yang penting sehat, kadang orang bisa hamil aja udah alhamdulillah, loe kira beli baju bisa milih”

    Like

    • Maaf baru balas.. Ya gitu deh.., malesin emang.. Yang parah, pernah waktu anakku Bear masih bayi merah umur berapa hari gitu.., salah satu orang yg nengok bilang: “Ahhh..aku kecewa..koq bayimu gak bule malah gelap kemerahan gitu..” Pengen nabok, kan..😑

      Like

  8. hahaa mahmud abbas, klo saya bentar lagi jadi paman abbas (papah muda ganteng anak baru satu) πŸ™‚ ada ada istilah jaman sekarang mbak

    Like

  9. Anak2ku item semua…. Gimana gak item, tiap hari belum jam 3 sore udah pada nyebur ke kolam renang, haha…. Ok, rada seriusan dikit…. Setuju, intinya kita harus menerima dan mencintai anak2 kita apa adanya… They are perfect just the way they are πŸ™‚

    Liked by 1 person

  10. Hai mama bear, luar biasa sdh kembali ke dunia blog. Aku keteteran euy! Yaaa mmg putih kyknya standard pembanding dasar Indo πŸ˜” sayang sekali yg frame berpikirnya masih begitu.

    Like

    • Haiiiii…πŸ˜ƒ Senangnya lihat dirimu muncul lagi.. Apa kabar? Semoga baik ya.. Gimana anakmu? Aku sempat ngeblog agak rajin.. Abis itu menghilang lagi.., sama agak keteteran juga belakangan ini..πŸ˜…

      Like

  11. Uffff kok gitu yaaa sedih banget klo ada org yg selalu menganggap “putih” itu lbh baik 😦 trus ke anaknya sendiri lagi huhuw…

    Suka tapi ama tanggapannya mba hihi!

    Like

  12. Emang beli kucing bisa ditukar ya? Ehehehe… maklum, saya biasa miara kucing kampung yg nyasar ke rumah. Soal anak, saya percaya kitalah (para orang tua) yang sesungguhnya belajar banyak dari anak-anak kita. Saya tak habisnya bersyukur kedua anak saya ‘memilih’ saya sebagai orang tua mereka πŸ™‚

    Like

  13. itu tanggapan dari mbak jlebb banget! tapi bagus sih beliau sebagai ibu harus sadar bahwa dia salah dengan bilang begitu. alhamdulillah ibuku nggak pernah banding-bandingin aku. tapi suka nyuruh aku terus mengalah dengan adik sepupu. dan itu sama menyakitkannya dengan membandingkan :”(

    Like

    • Maaf baru bales.. Makasih udah mampir dan baca tulisan.. Wah entah kapan saya menulis lagi di blog.. saat ini sibuk sekali di dunia nyata.. Tapi saya berniat nulis lagi sih.. salam

      Like

  14. Pasti awkward banget emang yah mba, tapi emang setuju ama mba Emmy, ke sininya, pembicaraan seperti itu harus diluruskan emang. Pahit pahit dah emaknya. *thumbs up, mba*.

    Like

  15. Sering banget lo denger ibu-ibu ngasih label buruk ke anaknya. Banyak yang ga tau kalo kata2 orangtua itu jadi “doa” dan ngaruh ke cara anak kelak memandang dirinya. Sedih 😦

    Like

  16. Setuju dengan pendapatnya mbak Em, itu orang cuma liat kulit luarnya aja. Lagian produk kan masing2 pabrikannya ya mbak. Heran ya, nggak anak2 nggak orang dewasa sukanya gitu. Membanding2kan warna kulit, yang penting kan sehat ya mbak. Betul nggak?

    Like

  17. Jadi orang harusnya bersyukur ya mbak. Allah sudah mau menitipkan anak padanya. Kalo anak/ hasil tentu nggak jauh dari bibitnya kan ya.. Kalo beda, nti malah curiga curigaan..

    Like

  18. Sip sepakat mbak, kasihan anaknya klw sampai tahu ibunya ngomong gitu.
    Walau mungkin mbak lala nya cuman basa basi, tapi tetap aja ya…

    Like

Leave a reply to Crossing Borders Cancel reply