Day 6: What’s something you’ve always wanted to do but haven’t? Why not..?

Apa hal yang selalu ingin kamu lakukan tetapi belum dilakukan? Mengapa belum..?

Jawabannya: mengemudikan kendaraan dengan baik dan benar tanpa rasa CEMAS.
Saya sengaja menulis kata “cemas” di atas dengan huruf besar  karena saya rasa itulah akar permasalahannya.
Tidak seperti umumnya generasi zaman sekarang, terutama yang tinggal di kota besar, saya baru bisa menyetir, dalam artian benar-benar belajar menyetir sampai memperoleh SIM, di usia 36 tahun. Ada beberapa alasan mengapa bisa begitu:
1.  Dulu keluarga saya tidak pernah punya kendaraan sehingga saya tidak pernah merasa punya kewajiban untuk belajar menyetir.
2.  Saya selalu tinggal di daerah yang punya transportasi publik, tidak selalu bagus tapi cukup bisa diandalkan.
3.  Ketika saya sebenarnya punya cukup uang untuk beli mobil sendiri, saya tak pernah berminat beli mobil karena saya pikir saya tak punya waktu untuk belajar menyetir. Selain itu saya selalu bekerja di perusahaan yang menyediakan sopir/kendaraan antar jemput.
Kemudian datanglah hari ketika saya bekerja di perusahaan pertambangan yang mengharapkan semua karyawannya untuk bisa menyetir. Tidak wajib tetapi lebih baik bisa karena untuk posisi tertentu, seperti posisi saya, mobilitasnya tinggi, sementara perusahaan ini terhampar di area yang sangat luas. Maklum.., ini lokasi pertambangan alias mine site. Contohnya: perjalanan dari kantor divisi saya ke divisi HR saja jaraknya berasa seperti pergi ke kecamatan sebelah.
Saat itu saya sama sekali belum bisa menyetir. Atasanku menyuruh menggunakan mobil pribadinya untuk dipakai belajar menyetir. Dan berhubung atasanku dan suamiku saling kenal, jadi dia minta suamiku untuk mengajariku menyetir tahap dasar. Di saat inilah saya merasa, ada sesuatu yang “aneh” tentang saya dan menyetir. Saya merasa tidak nyaman, tidak santai, berkeringat dingin. Setiap kali menyetir saya selalu tegang. Saya selalu merasa akan menabrak sesuatu atau seseorang. Rasanya tersesat di Medellin-Kolombia yang pernah terkenal sebagai sarangnya gembong narkoba sedunia tak setegang ini..
Singkat cerita, setelah beberapa bulan akhirnya saya bisa menyetir (tingkat dasar yang paling dasar) dan mendapatkan SIM. Tapi ini tidak berarti saya sudah boleh menyetir mobil perusahaan. Saya harus punya KIMPER (kartu izin internal untuk mengemudikan kendaraan milik perusahaan). Persyaratannya lebih ketat daripada SIM. Untuk punya KIMPER saya harus tes ini itu lagi di divisi Safety, dan untuk ikut tes tersebut daftar tunggu saat itu kira-kira 1 tahun! Saya sih bahagia disuruh tunggu, berarti kan ada alasan kuat untuk tidak menyetir..hahaha..
Ketika akhirnya tiba giliranku untuk tes KIMPER, saya gagal total dong..hahaha.. Sudah bisa diduga sebetulnya karena pelajaran menyetir yang sudah didapat nyaris tak pernah dipraktekkan.., menguap tak berbekas.. Dan untuk kasus seperti saya ini, saya harus ikut kelas mengemudi lagi di divisi Safety sampai dianggap bisa. Oh..mimpi buruk itu harus diulang.. Belajar menyetir lagi, seminggu sekali selama beberapa bulan. Dan lagi-lagi saya merasa tidak nyaman dan lain sebagainya. Padahal instrukturnya jauh lebih sabar daripada suamiku dalam mengajarkan menyetir ini. Dan tampaknya Pak Instruktur tahu bahwa saya tidak suka menyetir. Tapi akhirnya saya lulus juga dan mendapatkan KIMPER. Yaayyy..!! Tapi setelah itu tetap saja menyetir itu mimpi buruk buat saya. Tak lama setelah punya KIMPER, kontrak kerja saya habis, dan tidak diperpanjang karena waktu itu akan ikut suami pindah tugas ke Kolombia.
Sejak tidak bekerja lagi, saya benar-benar tak punya alasan “kuat” untuk menyetir. Dan menguap lagi dong kemampuan menyetirku yang tak seberapa itu. Ini lagi-lagi akan jadi mimpi buruk. Sejak tahun ini saya tinggal di kota kecil di Australia yang transportasi publiknya minimalis. Suamiku mengingatkan bahwa saya harus bisa menyetir. Apalagi dia sering di lokasi tambang sementara saya dan anakku Bear di rumah berdua saja. Saya tadinya tidak tahu mengapa saya stress setiap kali menyetir. Saya cari informasi mengenai ini. Dan dari beberapa sumber yang saya temukan, mungkin saya takut menyetir alias fobia menyetir (vehophobia = fear of driving). Mungkin loh ya.., saya tak pernah memeriksakan diri secara medis untuk ini, tapi koq semua gejala yang dijelaskan saya banget.. Saya sampai berpikiran, mungkin di kehidupan sebelumnya, saya ini pernah mengalami kejadian buruk terkait menyetir. Nah.., masih menurut informasi yang saya baca tadi, orang dengan fobia ini biasanya harus berusaha lebih keras untuk bisa menyetir dengan baik karena adanya hambatan tambahan (kecemasan ringan sampai berlebihan) yang harus diatasi juga. Ya itulah yang saya alami.. Belum lagi peraturan lalu lintas di Australia ini ketat banget.. Hadeuhhhh… Tambah stress saja.. Sebetulnya saya merasa nyaman saja diam di rumah, tak pergi ke mana-mana. Belanja apapun termasuk sayuran segar bisa online di sini. Perlu dokter datang ke rumah tinggal buka aplikasi di HP. Tapi tetap saja, kemampuan menyetir ini penting, terutama untuk kondisi emergensi. Ya sudahlah.., belajar menyetir lagi.., stress lagi.., kita lihat hasilnya nanti..

Dan untuk yang kesekian kalinya saya mengalami ini: hal yang bagi sebagian besar orang sangat gampang, bagi saya jadi sangat sulit..*curcol..

8 thoughts on “Day 6: What’s something you’ve always wanted to do but haven’t? Why not..?

  1. Om my God, sama banget sama aku ini Mbak 😦 Aku dari dulu pengen banget bisa nyetir…Akhirnya sekitar 6-7 tahun lalu, dengan diajarkan oleh Ayah saya yang sangat galak dan suka nakut-nakutin, akhirnya bisa nyetir dan punya SIM. Sempat beberapa kali udah bisa nyetir sendiri, dan bahkan pergi ke konser tengah malam dengan menyupiri teman. Tapi emang selalu ada rasa takut dan cemas pada diri saya ketika nyetir dan ada mobil atau motor yang sangat dekat dengan mobil saya jaraknya…Sampai pada suatu hari saya nabrak (Walaupun alhamdulillah yang terluka cuma mobilnya aja :(), tapi entah kenapa saya jadi takut lagi untuk nyetir sejak saat itu. Ditambah lagi kok saya lebih suka naik kendaraan umum karena saya bisa tidur dan sekarang banyak layanan online di Jakarta dan tak ada tuntutan untuk harus bisa menggunakan mobil, tambah malaslah saya untuk nyetir. Jadi sampai sekarang gak pernah megang setir lagi walaupun pengen banget dan SIM tetap terus diperpanjang.

    Like

  2. Mungkin boleh dicoba dengan kendaraan yang kemudi/kontrolnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat, misal sepeda? Membiasakan diri di jalan raya bisa membantu diri merasa melawan rasa takut menyetir. Mungkin ya mbak. Hehe.

    Like

Leave a comment