(016) Begini ternyata rasanya jadi orang asing…

(Catatan: Untuk menghormati privasi pihak terkait, mulai episode ini semua nama individu bukan merupakan nama sebenarnya, namun tetap menggunakan nuansa aslinya. Artinya, saya tidak akan menyamarkan nama seorang teman yang asli orang Kolombia jadi Juminten misalnya, dst…, dst… Terima kasih dan selamat membaca…)

“Hi, Emmy… It’s me, Tess… How are you? Still feeling the jet lag eh… Welcome to Barranquilla! Let’s go out. I’m going to show you bits and pieces of this neighborhood…”

Hari kedua saya di Barranquilla, Tess, dengan bahasa Inggris-nya yang berlogat khas Australia, mengajak saya jalan-jalan untuk mengenal lingkungan sekitar. Dia istrinya Matt, kolega M di kantor. Tess dan Matt adalah expats asal Australia yang sudah tinggal di Kolombia sejak 5 tahun sebelumnya. Mereka tinggal di kompleks apartemen lain yang tak jauh dari tempat kami. Anak pertama mereka, Chelsea, saat itu berumur 3 tahun, lahir di kota ini. Dan Tess bahkan sampai merasa perlu punya mobil sendiri, meski mobil bekas, untuk mendukung aktivitasnya sehari-hari.

Area tempat kami tinggal merupakan wilayah pemukiman kelas menengah ke atas di kota ini (katanya…). Hari itu Tess, dengan menyetir mobilnya sendiri, membawa saya keliling, menunjukkan di mana supermarket, toko roti, kedai kopi, dan bank terdekat. Saya yang masih jet lag berat berusaha mengingat apa di mana dan ke mana. Waktu itu saya bahkan tidak ingat benda apa saja yang ada di dapur apartemen. Setelah keliling kami mampir di sebuah café. Tess mulai menjelaskan berbagai macam hal mengenai kehidupan di Barranquilla, termasuk The Dos & Don’ts, alias apa saja yang bisa/tidak bisa diterima/berlaku/dilakukan di kota ini, terutama dari sisi keamanan. Kolombia secara umum baru sekitar 15 tahun menikmati kestabilan keamanan ketika saya dan M tiba di awal 2011. Mungkin awal 80an s/d akhir 90an adalah 2 dekade yang paling tidak aman di negara ini.

Salah satu hal yang Tess wanti-wanti dan saya masih ingat betul adalah: “When you’re in public areas, please minimize wearing valuable items like fine jewelry, and if possible, please do not wear your wedding ring.” Yang pertama berlaku umum, yang kedua lebih karena kami orang asing. Penculikan orang asing untuk ditukar uang tebusan, meski saat itu sudah jarang, masih ada. Dan jika si penculik sadar bahwa yang diculik ini orang asing yang juga punya istri/suami orang asing, mereka tak segan menaikkan tebusan sampai jutaan dollar, dan membunuh tawanan jika tuntutannya tak dipenuhi.

Dari bincang-bincang orientasi ini, intinya adalah Kolombia aman, tapi bukan “aman” seperti di Indonesia atau Australia. Jadi harus lebih hati-hati dan sebaiknya ikuti saran dan rekomendasi yang diberikan, apalagi mengingat kami adalah orang asing, yang jika terlibat masalah, urusannya akan panjang. (OK, culture shock #1 baru saja ditemukan: minimalkan resiko penculikan…, eh… maksudnya harus lebih berhati-hati…)

Kemudian pertemuan orientasi untuk hari itu dirasa cukup dan kami pun pulang. Tess mengantar saya dulu sebelum dia pulang ke tempatnya. Di tempat kami, M ternyata sedang melakukan orientasi juga. Dia sedang melihat-lihat semua ruangan, membuka semua lemari, dan memeriksa semua yang ada. Saya pun jadi ikut melihat-lihat. Dan setelah mengamati, kami sepakat, apartemen ini besar (setidaknya menurut kami pada saat itu). Saya tahu di Indonesia sudah banyak apartemen saat itu tapi saya tidak pernah berada apalagi tinggal di apartemen, sehingga cukup tercengang melihat ada apartemen yang lebih besar daripada rumah saya di Cianjur (culture shock #2…). M pernah tinggal di apartemen ketika bekerja di Perth, Australia, tapi itu apartemen tipe studio, yang tentunya kecil saja.

Dan inilah gambaran si apartemen tersebut: ini jenis apartemen yang di tiap lantai hanya ada satu unit, luas tiap unit 210 m2, desain gaya minimalis, ada 3 kamar tidur (yang masing-masing dilengkapi dengan kamar mandi dan ruang pakaian), kemudian ada ruang kerja, ruang toilet untuk tamu, ruang TV, ruang tamu, ruang makan, dapur, ruang cuci pakaian, 1 kamar tidur untuk asisten rumah tangga plus kamar mandinya, balkon depan+belakang, 1 private lift, 1 service lift, dan….ini bagian favorit kami…, fully furnished! Benar-benar hanya perlu bawa baju untuk tinggal di sini. Ini dia penampakannya…

Apartment 003 Apartment 004 Apartment 008 Apartment 015 Apartment 005 Apartment 017 Apartment 018  Apartment 028 Apartment 037Apartment 043 Apartment 027 Apartment 051  Apartment 035  Apartment 034

Hari-hari berikutnya kami habiskan untuk aklimatisasi dan pemulihan dari efek jet lag. Secara iklim sebetulnya tak masalah karena Kolombia negara tropis, sama seperti Indonesia, dan sebagian wilayah Queensland, Australia. Tapi…, dari aspek zona waktu, dunia kami benar-benar “jungkir balik”. Perbedaan zona waktu antara Barranquilla dengan Sangatta adalah 13 jam, dan dengan Townsville 15 jam! Siang hari di Barranquilla adalah malam hari di otak kami, begitu pula sebaliknya. Pening sekali… M bisa pulih dalam lima hari karena dulu rutin bepergian antara pesisir barat dan timur Australia yang berbeda zona waktu sekitar 3 jam. Sementara saya…, perlu dua minggu saja! Benar-benar tidak nyaman rasanya…

Selain itu, pernak pernik lainnya juga mulai dipasang dan/atau sedang disiapkan selama dua minggu pertama kami di sana. TV kabel, internet, telpon rumah, handphone set untuk saya dan M, dan asisten rumah tangga! Saya ingat di hari pertama kami di apartemen tersebut, orang kantor memperkenalkan seseorang bernama Maria Elena kepada kami, mereka bilang selama belum punya asisten sendiri, saya boleh minta dia datang ke apartemen untuk melakukan pekerjaan domestik. Waktu itu kami hanya manggut-manggut, dan saya pikir saya salah dengar. Ternyata tidak…

Pagi itu seorang staf admin dari kantornya M telpon dan bilang Maria Elena akan datang ke tempat kami untuk bersih-bersih, memasak, belanja, dll. Rupanya sang Maria Elena ini semacam “office girl” di kantor yang sedang ditugaskan untuk jadi asisten domestik mingguan di tempat kami selama 1 bulan. Setelah itu saya diharapkan sudah punya asisten sendiri yang nantinya akan jadi biaya pribadi. Oalaaaaahhhh…!!! Ternyata oh ternyata…, belakangan saya ngeh, untuk urusan punya asisten/pembantu rumah tangga, Kolombia punya budaya sama seperti di Indonesia! (Culture shock #3). Dan bahkan teman baru saya, Tess, yang asli orang Australia itu, ternyata punya 3 orang asisten! Astaga…

Sementara itu di dua minggu pertama ini M masih berkantor di kota. Jadwal dia nantinya adalah 10 hari di mine site dan 4 hari di kota. Jarak Barranquilla ke mine site sekitar 1 jam naik pesawat. Jadi intinya, M ada di rumah bersama saya hanya 4 hari dalam setiap dua minggu, dan saya akan bisa loncat-loncat  jungkir balik di apartemen luas ini karena tidak ada siapapun selain saya. Oh…nasib jadi istri mekanik keliling…

Di urusan social networking, beberapa hari setelah pertemuan pertama, Tess mengajak saya pergi ke acara kumpulan ibu-ibu expats Barranquilla, sekalian juga akan memperkenalkan saya ke semua orang. Saya pikir, wah…akhirnya ikutan juga nih acara “dharma wanita” yang biasanya dilakukan ibu saya dulu… Kira-kira seperti apa ya acara kumpulan emak-emak ini…

Bersambung…

32 thoughts on “(016) Begini ternyata rasanya jadi orang asing…

    • Iya ru ternyata banyak yg setuju itu si apartemen emang gede, meski ternyata ada lagi yg lebih gede.., ntar ada ceritanya tuh.. Trus tentang orang suku asli Indian itu aku juga ada ceritanya.. Hahaha😝..aku koq berasa jadi tukang dongeng yah…

      Like

  1. kak, itu apartemen apa rumah di cluster mewah yah? gede banget dan cakep apartemennya, suka deh! di jakarta banyak sih apartemen cakep2, tapi belom pernah mampir yg ukurannya sampe 200an meter hehe
    kalo aku jd kak Emmy, mungkin bawa stock DVD film drama seri yg buanyaaak kali utk menemani hari2 di apt sendirian 😛

    Like

  2. Masya Allah keren deh apartmentnya ,.itu apartment bisa luas gitu ya…. punya emak mertua gw aja cuma 1 bed room imut dahhhh kami datang aja dah sesak

    Like

    • Makanya kami sampe terkaget2… Gimana gak gegar budaya coba, dari mess karyawan di tengah hutan yg serba minimalis dalam arti yg sebenarnya (kecil dan seadanya) ke apartemen ini..hehehe..

      Like

  3. Welcome to the expat world!
    Apalagi kalo suami kerja di bidang mining/ oil and gas industry, fasilitas seperti diatas adalah hal biasa, dan ini berlaku di mana-mana. Meskipun saya ga bekerja di industri yang sama, tapi faslitas akomodasinya kira-kira sama, jadi saya tinggal bawa koper aja.

    Liked by 1 person

    • Bener banget! Suamiku shock lihat apartemennya karena meski waktu di Indo dia expats, tapi berhubung ditempatkan di mine site, akomodasinya ya rumah panggung terbuat dari kayu…, selintas mirip pemukiman transmigran…hehehe..

      Like

  4. Aduh, Emmy, aku langsung jatuh cinta sama apartemenmu. Gede, rapi dan bersih 🙂 Dapurnya aku naksir beraatt… Kalo aku punya dapur selengkap itu, pasti aku sering banget masak. Aku hobi masak 🙂

    Like

    • Hehehe.. Makasih.. Aku aja yg masak karena kewajiban (bukan karena hobi) suka banget sama dapurnya, apalagi ini nyambung sama ruang cuci baju.., jadi bisa terawasi semua kalo lagi ngerjain masak dan nyuci bersamaan..

      Like

  5. Pingback: (047) Roster… | Crossing Borders

Leave a comment