(Catatan: Untuk menghormati privasi pihak terkait, mulai episode ini semua nama individu bukan merupakan nama sebenarnya, namun tetap menggunakan nuansa aslinya. Artinya, saya tidak akan menyamarkan nama seorang teman yang asli orang Kolombia jadi Juminten misalnya, dst…, dst… Terima kasih dan selamat membaca…)
“Hi, Emmy… It’s me, Tess… How are you? Still feeling the jet lag eh… Welcome to Barranquilla! Let’s go out. I’m going to show you bits and pieces of this neighborhood…”
Hari kedua saya di Barranquilla, Tess, dengan bahasa Inggris-nya yang berlogat khas Australia, mengajak saya jalan-jalan untuk mengenal lingkungan sekitar. Dia istrinya Matt, kolega M di kantor. Tess dan Matt adalah expats asal Australia yang sudah tinggal di Kolombia sejak 5 tahun sebelumnya. Mereka tinggal di kompleks apartemen lain yang tak jauh dari tempat kami. Anak pertama mereka, Chelsea, saat itu berumur 3 tahun, lahir di kota ini. Dan Tess bahkan sampai merasa perlu punya mobil sendiri, meski mobil bekas, untuk mendukung aktivitasnya sehari-hari.
Area tempat kami tinggal merupakan wilayah pemukiman kelas menengah ke atas di kota ini (katanya…). Hari itu Tess, dengan menyetir mobilnya sendiri, membawa saya keliling, menunjukkan di mana supermarket, toko roti, kedai kopi, dan bank terdekat. Saya yang masih jet lag berat berusaha mengingat apa di mana dan ke mana. Waktu itu saya bahkan tidak ingat benda apa saja yang ada di dapur apartemen. Setelah keliling kami mampir di sebuah café. Tess mulai menjelaskan berbagai macam hal mengenai kehidupan di Barranquilla, termasuk The Dos & Don’ts, alias apa saja yang bisa/tidak bisa diterima/berlaku/dilakukan di kota ini, terutama dari sisi keamanan. Kolombia secara umum baru sekitar 15 tahun menikmati kestabilan keamanan ketika saya dan M tiba di awal 2011. Mungkin awal 80an s/d akhir 90an adalah 2 dekade yang paling tidak aman di negara ini.
Salah satu hal yang Tess wanti-wanti dan saya masih ingat betul adalah: “When you’re in public areas, please minimize wearing valuable items like fine jewelry, and if possible, please do not wear your wedding ring.” Yang pertama berlaku umum, yang kedua lebih karena kami orang asing. Penculikan orang asing untuk ditukar uang tebusan, meski saat itu sudah jarang, masih ada. Dan jika si penculik sadar bahwa yang diculik ini orang asing yang juga punya istri/suami orang asing, mereka tak segan menaikkan tebusan sampai jutaan dollar, dan membunuh tawanan jika tuntutannya tak dipenuhi.
Dari bincang-bincang orientasi ini, intinya adalah Kolombia aman, tapi bukan “aman” seperti di Indonesia atau Australia. Jadi harus lebih hati-hati dan sebaiknya ikuti saran dan rekomendasi yang diberikan, apalagi mengingat kami adalah orang asing, yang jika terlibat masalah, urusannya akan panjang. (OK, culture shock #1 baru saja ditemukan: minimalkan resiko penculikan…, eh… maksudnya harus lebih berhati-hati…)
Kemudian pertemuan orientasi untuk hari itu dirasa cukup dan kami pun pulang. Tess mengantar saya dulu sebelum dia pulang ke tempatnya. Di tempat kami, M ternyata sedang melakukan orientasi juga. Dia sedang melihat-lihat semua ruangan, membuka semua lemari, dan memeriksa semua yang ada. Saya pun jadi ikut melihat-lihat. Dan setelah mengamati, kami sepakat, apartemen ini besar (setidaknya menurut kami pada saat itu). Saya tahu di Indonesia sudah banyak apartemen saat itu tapi saya tidak pernah berada apalagi tinggal di apartemen, sehingga cukup tercengang melihat ada apartemen yang lebih besar daripada rumah saya di Cianjur (culture shock #2…). M pernah tinggal di apartemen ketika bekerja di Perth, Australia, tapi itu apartemen tipe studio, yang tentunya kecil saja.
Dan inilah gambaran si apartemen tersebut: ini jenis apartemen yang di tiap lantai hanya ada satu unit, luas tiap unit 210 m2, desain gaya minimalis, ada 3 kamar tidur (yang masing-masing dilengkapi dengan kamar mandi dan ruang pakaian), kemudian ada ruang kerja, ruang toilet untuk tamu, ruang TV, ruang tamu, ruang makan, dapur, ruang cuci pakaian, 1 kamar tidur untuk asisten rumah tangga plus kamar mandinya, balkon depan+belakang, 1 private lift, 1 service lift, dan….ini bagian favorit kami…, fully furnished! Benar-benar hanya perlu bawa baju untuk tinggal di sini. Ini dia penampakannya…
Hari-hari berikutnya kami habiskan untuk aklimatisasi dan pemulihan dari efek jet lag. Secara iklim sebetulnya tak masalah karena Kolombia negara tropis, sama seperti Indonesia, dan sebagian wilayah Queensland, Australia. Tapi…, dari aspek zona waktu, dunia kami benar-benar “jungkir balik”. Perbedaan zona waktu antara Barranquilla dengan Sangatta adalah 13 jam, dan dengan Townsville 15 jam! Siang hari di Barranquilla adalah malam hari di otak kami, begitu pula sebaliknya. Pening sekali… M bisa pulih dalam lima hari karena dulu rutin bepergian antara pesisir barat dan timur Australia yang berbeda zona waktu sekitar 3 jam. Sementara saya…, perlu dua minggu saja! Benar-benar tidak nyaman rasanya…
Selain itu, pernak pernik lainnya juga mulai dipasang dan/atau sedang disiapkan selama dua minggu pertama kami di sana. TV kabel, internet, telpon rumah, handphone set untuk saya dan M, dan asisten rumah tangga! Saya ingat di hari pertama kami di apartemen tersebut, orang kantor memperkenalkan seseorang bernama Maria Elena kepada kami, mereka bilang selama belum punya asisten sendiri, saya boleh minta dia datang ke apartemen untuk melakukan pekerjaan domestik. Waktu itu kami hanya manggut-manggut, dan saya pikir saya salah dengar. Ternyata tidak…
Pagi itu seorang staf admin dari kantornya M telpon dan bilang Maria Elena akan datang ke tempat kami untuk bersih-bersih, memasak, belanja, dll. Rupanya sang Maria Elena ini semacam “office girl” di kantor yang sedang ditugaskan untuk jadi asisten domestik mingguan di tempat kami selama 1 bulan. Setelah itu saya diharapkan sudah punya asisten sendiri yang nantinya akan jadi biaya pribadi. Oalaaaaahhhh…!!! Ternyata oh ternyata…, belakangan saya ngeh, untuk urusan punya asisten/pembantu rumah tangga, Kolombia punya budaya sama seperti di Indonesia! (Culture shock #3). Dan bahkan teman baru saya, Tess, yang asli orang Australia itu, ternyata punya 3 orang asisten! Astaga…
Sementara itu di dua minggu pertama ini M masih berkantor di kota. Jadwal dia nantinya adalah 10 hari di mine site dan 4 hari di kota. Jarak Barranquilla ke mine site sekitar 1 jam naik pesawat. Jadi intinya, M ada di rumah bersama saya hanya 4 hari dalam setiap dua minggu, dan saya akan bisa loncat-loncat jungkir balik di apartemen luas ini karena tidak ada siapapun selain saya. Oh…nasib jadi istri mekanik keliling…
Di urusan social networking, beberapa hari setelah pertemuan pertama, Tess mengajak saya pergi ke acara kumpulan ibu-ibu expats Barranquilla, sekalian juga akan memperkenalkan saya ke semua orang. Saya pikir, wah…akhirnya ikutan juga nih acara “dharma wanita” yang biasanya dilakukan ibu saya dulu… Kira-kira seperti apa ya acara kumpulan emak-emak ini…
Bersambung…
Mb Emmy…. seru sekali ceritanyaaa… itu apartemen serius gede, dan rapi banget mbak….
LikeLike
Hahaha😄 makasih dibilang rapi… Malu lah diriku kalo apartemennya kotor dan berantakan…, masa belum punya anak aja gak punya waktu buat bersih2..😉
LikeLike
wooooooooops gede apartemennya, kayaknya comfy banget :), saya lagi ngebayangin orang kolombia yang suku American asli yang indian gitu ….
LikeLike
Iya ru ternyata banyak yg setuju itu si apartemen emang gede, meski ternyata ada lagi yg lebih gede.., ntar ada ceritanya tuh.. Trus tentang orang suku asli Indian itu aku juga ada ceritanya.. Hahaha😝..aku koq berasa jadi tukang dongeng yah…
LikeLike
Huge apartment! 🙂
LikeLike
It is…😧 But guess what…? There were even bigger units around! More stories coming up…😉
LikeLike
wah ternyata sekelas Kolombia gk boleh mencolok ya mbak walau hanya cincin pernikahan
LikeLike
Yah yg itu sih lebih karena kami expat/orang asing… Kalo ada waktu coba deh nonton film Proof of Life, kisah tentang penculikan orang Amerika di salah satu negara Latin… Yg main Russell Crowe dan Meg Ryan..
LikeLike
baik kak tak cari di youtube
LikeLike
kak, itu apartemen apa rumah di cluster mewah yah? gede banget dan cakep apartemennya, suka deh! di jakarta banyak sih apartemen cakep2, tapi belom pernah mampir yg ukurannya sampe 200an meter hehe
kalo aku jd kak Emmy, mungkin bawa stock DVD film drama seri yg buanyaaak kali utk menemani hari2 di apt sendirian 😛
LikeLike
Itu apartemen Mey… Kalo cluster ada juga bahkan ukurannya lebih gede😁 Ntar deh ada ceritanya.., termasuk juga cerita gmn aku ngisi waktu luang…😜
LikeLike
ditunggu ceritanya.. semangat dan rajin2 yah kak Em nuliasnyaaa ^___^
LikeLike
Hahaha…siiippp deh😄 thanks sdh mampir😃
LikeLike
Luxe loft Em. Ada orang Indonesia juga ngga yang tinggal disitu?
LikeLike
Yeah, that’s what we thought too.. Dan ternyata ada orang Indonesia lainnya juga yg “nyungsep” di kota antah berantah ini… More stories coming up..😄
LikeLike
Aku suka dapurnya cantik…
Wah senang ya langsung punya kawan disana tapi hebat kawan kamu em asistenya sampai 3 padahal anaknya baru 1 ya .
LikeLike
Si dapur tuh emang favoritku juga..😄 Ntar bakal ada cerita lanjutan soal para asisten ini…hehehe…
LikeLike
Mba salam kenal,ditunggu episode selanjutnya..searsa nungguin telenovela favorit
LikeLike
Oh hai… Salam kenal juga… Makasih banyak ya sudah mampir2😃 Masih banyak ocehan seru yg belum tayang, jadi stay tuned aja okeh😃
LikeLike
Besok langsung eps. 017 ya mbak Emmy. Hahaha… Memang mesti bijak kalau jadi expats di negeri orang. Budaya, Kuliner, banyak yang mesti disesuaikan.
LikeLike
Betul banget! Kemampuan adaptasi yg cepat bener2 sangat penting utk orang perantau…
LikeLike
Masya Allah keren deh apartmentnya ,.itu apartment bisa luas gitu ya…. punya emak mertua gw aja cuma 1 bed room imut dahhhh kami datang aja dah sesak
LikeLike
Makanya kami sampe terkaget2… Gimana gak gegar budaya coba, dari mess karyawan di tengah hutan yg serba minimalis dalam arti yg sebenarnya (kecil dan seadanya) ke apartemen ini..hehehe..
LikeLike
ini padahal di site ya??
LikeLike
Yang apartemen itu? Bukan, itu di pusat kota Barranquilla. Kalo akomodasinya si M di site sih seperti biasa minimalis seadanya.., maklum di tengah hutan lagi.. Ah kasian sekali suamiku ini..hehehe.. Ntar deh ada fotonya.. Oh ya episode baru sdh tayang tuh.. Enjoy…
LikeLike
ahhhhhh sukaaa deh baca blog kamu..pelepas dahagaaaakku kan aku jarang nonton tv skrg
LikeLiked by 1 person
Aiiiihhhhh…makasih…!!!! Aku juga suka blog-mu karena informasinya yg sangat bermanfaat terutama tentang formalitas/paper works mix marriage yg langsung dari pelakunya..hehehe..
LikeLike
Welcome to the expat world!
Apalagi kalo suami kerja di bidang mining/ oil and gas industry, fasilitas seperti diatas adalah hal biasa, dan ini berlaku di mana-mana. Meskipun saya ga bekerja di industri yang sama, tapi faslitas akomodasinya kira-kira sama, jadi saya tinggal bawa koper aja.
LikeLiked by 1 person
Bener banget! Suamiku shock lihat apartemennya karena meski waktu di Indo dia expats, tapi berhubung ditempatkan di mine site, akomodasinya ya rumah panggung terbuat dari kayu…, selintas mirip pemukiman transmigran…hehehe..
LikeLike
Aduh, Emmy, aku langsung jatuh cinta sama apartemenmu. Gede, rapi dan bersih 🙂 Dapurnya aku naksir beraatt… Kalo aku punya dapur selengkap itu, pasti aku sering banget masak. Aku hobi masak 🙂
LikeLike
Hehehe.. Makasih.. Aku aja yg masak karena kewajiban (bukan karena hobi) suka banget sama dapurnya, apalagi ini nyambung sama ruang cuci baju.., jadi bisa terawasi semua kalo lagi ngerjain masak dan nyuci bersamaan..
LikeLike
Pingback: (047) Roster… | Crossing Borders